"Humilis et eruditus" demikian sepatah kalimat dari bahasa latin yg menjadi pedoman hidupnya. Artinya adalah Rendah Hati dan Terpelajar. Refleksi dari sebuah perjuangan yang mengutamakan akal budi dan kerendahan hati tanpa menunjukkan ke"AKU"an sebagai hal yg utama.
Inilah sedikit perkenalan dengan Ketua Umum Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya : Teofelus Boni
Ketua Umum IPDKR
1. Masa Kecil
Lahir di sebuah dusun kecil dan nyaris terisolir di Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Dusun tersebut bernama Re'es. Insan kecil itu lahir pada hari Senin, 11 September 1989 pukul 04.00 WIB dan diberi nama Boni (namun kemudian keluarga dan masyarakat disana lebih mengenalnya dengan nama Bobon)
Putra kelima dari tujuh bersaudara ini dibabtis secara katolik pada tanggal 02 Mei 1993 oleh Pastor Robert, OFM Cap dengan nama Baptis Teofelus yang berarti Sahabat Allah dan pada tanggal 24 September 2004 menerima Sakramen Krisma oleh YM Uskup Agung Pontianak Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap dengan nama Krisma Florentinus.
Boni kecil sudah dilatih mandiri sejak kecil, urusan dapur dan kebersihan rumah serta menyalakan pelita sore hari adalah hal-hal sederhana yg menjadi tanggungjawabnya sehari-hari. Bahkan sejak kecil juga sudah terbiasa ikut Ibunya menjajakan sayur mayur hasil ladang berupa Timun, Nanas, Daun Ubi, Peranggi, Sawi Dayak, Bawang Dayak, Gambas, Gamang, Timun Belanda, Bayam, Ubi, dll. Semua barang dagangan itu dimasukan kedalam perahu besar dan rute jualannya menyusuri Sungai Re'es sampai ke Pancaroba bahkan pernah sampai ke Lingga, para pembeli adalah warga yg bermukim di pinggir sungai tersebut. Jika ada dagangan yg belum laku biasanya dititipkan diwarung-warung.
Seolah tak menyia-nyiakan kesempatan saat sekolah dibangku SD pun Boni kecil dan adiknya yg bernama Nelis membawa berbagai jenis kue untuk dijual disekolah. Yang paling laris waktu itu adalah Bakpau, Donat dan Tapai.
2. Pendidikan
Menempuh pendidikan SD selama 6 Tahun di SDN 20 Lintang Batang. Karena jarak sekolah cukup jauh, Jam 05.00 pagi sudah berangkat sekolah menembus jalanan setapak melewati ladang dan hutan yg masih asri. Tak ada alas kaki untuk melewati duri2 yg tajam dihutan itu. Tidak jarang pula berjumpa dengan Jejak Rusa, Babi Hutan, Ular, Trenggiling, Kura-kura, dan hewan hutan lainnya.
Perjalanan ke sekolah itu juga harus menyeberangi sungai lintang batang, jika tidak ada sampan maka opsi terakhir adalah berenang bersama-sama. Tiba disekolah biasanya jam belajar mengajar sudah mulai. Namun Para Guru sudah memaklumi rute yg ditempuh mereka untuk bisa ke sekolah.
Pulang sekolah hal yg menyenangkan adalah makan siang sama2 dengan bekal yg dibawa masing-masing, kelompok anak-anak Re'es tersebut saling berbagi sayur yg dibawa seperti Ikan goreng, Daging Babi, Ikan Asin, Tempuyak, Sambal Ikan Teri, Daun Ubi Timbuk menjadi satu. Sangat menyenangkan, walaupun pulang dibawah terik sinar matahari, jam 15.00 WIB baru tiba dirumah.
Lulus SD tahun 2002 dengan peringkat terbaik Boni melanjutkan Pendidikan di SMP N 1 Sungai Ambawang. Kali ini dia harus berpisah dengan keluarga dan tinggal di Asrama Pelajar Sto. Yohanes Krisostomos di Desa Korek. Hidup diasrama tidaklah sulit baginya karena sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri. Kegiatan yg sering dilakukan adalah memasang jerat burung dengan kawannya Beni dan Daud, hasil tangkapan disimpan di sangkar khusus dan setiap hari dieksekusi untuk lauk pauk. Kegiatan lainnya seperti paduan suara, karate, misdinar juga dilakukan secara rutin. (Boni salah satu dari 4 orang misdinar pertama Paroki sto. Fidelis Sui Ambawang, 3 orang lainnga adalah Edi, Paulinus dan Januardi) lulus tahun 2005 dengan presikat terbaik Boni melanjutkan pendidikan di SMA Seminari Menengah Sto. Paulus Nyarumkop disinilah ia ditempa tentang kepemimpinan, tentang budaya, organisasi dan lain-lain. Selama di Nyarumkop dia tinggal di Asrama Widya, Asrama Putra khusus para Seminaris. Selama disini banyak kegiatan yg diikutinya seperti Kegiatan OSIS, HISIPALA (himpunan siswa pencinta alam), PKS (patroli keamanan sekolah), Saka Bhayangkara, Paskibra, Drum Band dan kegiatan-kegiatan seni di Sanggar (cikal bakal lahirnya sanggar Buria' Enek di Nyarumkop). Diasrama juga Boni terlibat menjadi Koster selama 2 tahun. Menyiapkan Kapel setiap pagi dan malam.
Lulus SMA Tahun 2008 Boni memilih pedidikan persiapan ke Seminari Tinggi di Postulat Kapusin Sto. Leopold Mandic di Sanggau Kapuas namun predikatnya sebagai Postulan hanya dijalani selama 1 tahun. Selepas dari Postulat Boni menempuh pendidikan keperawatan di Jakarta. Mulai Tahun 2009 - 2012 ia mendalami disiplin ilmu kesehatan di AKPER Yayasan RS. Jakarta. Kuliah di ibukota tidak membuatnya kehilangan identitas banyak hal dilakoni mulai jualan pulsa, menampilkan kesenian dan budaya kalbar, jualan produk kesehatan, mengerjakan makalah mahasiswa lain yg katanya "sibuk" dengan uang jasa yg lumayan buat beli kebutuhan dapur. Lulus tahun 2012 dengan IPK 3.32
3. Pengalaman Organisasi
- Ketua OSIS SMA Seminari Menengah Sto. Paulus Nyarumkop 2007-2008
- Ketua Koster Seminari Nyarumkop 2007-2008
- Wakil Ketua Dekanus Postulat Kapusin Sto. Leopold Mandic Sanggau Kapuas tahun 2009.
- Ketua IKM AKPER Yayasan RS Jakarta 2010-2011
- Pendiri komunitas Mandau di Jakarta Timur (khusus mahasiswa dayak yg merantau) tahun 2011
- Wakil Ketua PPNI Komisariat Siloam Hospital Simatupang Jaksel 2013-2014
- Ketua Umum IPDKR sejak 21 November 2014 hingga sekarang.
4. Penghargaan yg pernah diterima
- Juara 1 Lomba Khotbah antar OMK Se-Paroki Sto. Fidelis Sui Ambawang tahun 2005
- Juara 1 Lomba pidato di Nyarumkop tahun 2006
- Juara 1 Lomba Khotbah di Nyarumkop tahun 2007
- Juara 1 Lomba Debat berbahasa inggris di AKPER YRSJ tahun 2011
- Terpilih sebagai Bujakng Dayak Jakarta Tahun 2011 dalam acara gawai mahasiswa dayak se-DKI Jakarta.
- Juara 2 Lomba Essay Ilmiah antar mahasiswa keperawatan Se-DKI Jakarta tahun 2012
- Lulusan terbaik ke-2 AKPER Yayasan RS Jakarta tahun 2012
- Trainer Basic Life Support dari Siloam Hospital Simatupang.
Demikian sedikit Perkenalan dengan Sang Ketua kita di IPDKR. Dengan konsep Bakomo', Bapakat & Batulukng yang diterapkannya (yang kemudian jadi motto IPDKR) kita semua diajak untuk bersama-sama membangun Kabupaten Kubu Raya dengan segenap kemampuan kita. Adat budaya tetap lestari dan tempat-tempat bersejarah juga terjaga adalah perjuangan kolektif kita bersama. Sang Ketum pernah berkata "Pemuda Dayak adalah aset Bangsa (Dayak), maju atau mundurnya kualitas bangsa itu terletak pada kualitas pemudanya." *Kredit CC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar