Minggu, 15 April 2018

Salam BABABA, Sejarah dan Maknanya

Sekjend IPDKR, Dedi Sulerama, S.Pd saat memberikan materi

Di Pertengahan tahun 2014 ditengah gencarnya pertemuan demi pertemuan, terbersitlah sebuah ide bahwa organisasi ini perlu memiliki sebuah semboyan yang bermakna dalam serta dapat dibuat akronimnya sehingga mudah di ucapkan dalam bentuk Salam, itulah yang dipikirkan dan dirancang oleh Teofelus Boni, yang terinspirasi dari Salam Khas PMKRI.

Dayak memang sudah identik dengan salamnya yang khas yang terdiri dari 3 kalimat yakni, : Adil ka' Talino, Bacuramin ka' Saruga, Basengat ka' Jubata. namun Boni, yang kemudian terpilih sebagai Ketua Umum IPDKR berpendapat untuk menyatukan kelompok muda Dayak di kabupaten Kubu Raya perlu sebuah slogan yang bisa diingat dan mudah dipahami. ditemukanlah tiga buah kata yang berasal dari Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe). Ketiga kata itu adalah Bakomo', Bapakat dan Batulukng.

Ketiga kata ini masing-masing memiliki arti yang berbeda. Bakomo' adalah sebuah kegiatan dimana adanya pertemuan yang melibatkan lebih dari dua orang manusia, Komo' artinya kumpul dan imbuhan Ba- dapat diterjemahkan sebagai Ber- jadi Ba + Komo' = Ber + Kumpul.

Dari kumpulan orang-orang ini tadi maka ada proses komunikasi yang diputuskan secara bersama-sama, itulah arti Bapakat atau Bersepakat. sedangkan yang terakhir adalah Batulukng, sebuah usaha bersama untuk mewujudkan apa saja yang telah disepakati. secara harafiah dapat diartikan sebagai kegiatan Gotong Royong. Maka sebenarnya Bakomo' Bapakat dan Batulukng tidak lain adalah semangat khas Masyarakat Dayak (Huma Betang) yang juga sebagai ciri Bangsa Indonesia yakni Musyawarah Mufakat dan Gotong Royong.

Tidak hanya sampai disana, ketiga kata ini direduksi menjadi sebuah kalimat baru yang juga berasal dari bahasa Dayak kanayatn yakni BABABA. Bababa artinya saling mengajak satu sama lain, sebuah kata yang memiliki makna persuasif. ini artinya IPDKR adalah sebuah organisasi yang selalu mengajak orang lain baik yang sudah menjadi anggotanya maupun yang belum bergabung untuk saling mengajak dalam hal apa saja dan itu pastinya adalah hal-hal yang baik.

Pada hari Jumat, 21 November 2014, Pukul 20.00 WIB malam, Boni mempresentasikan gagasannya ini, 6 Slide materi satu demi satu dijelaskannya dengan media LCD yang waktu itu dipinjam dari Puskesmas Lingga. Gagasan tersebut mendapat respons yang beragam dari peserta bahaupm kala itu, Salah satunya dari Nikolas Paskalis (Bendahara Umum IPDKR 2014 - 2016), Dia berpendapat kalimatnya masih sangat sederhana, perlu dipikirkan lagi kata-kata lain yang lebih sarat makna namun juga up to date, mungkin istilah jaman sekarang Kalimat Jaman Now begitulah kira-kira.  Namun mayoritas peserta yang hadir dalam Forum tersebut menyetujui hingga menjadi salah satu putusan yang tertuang dalam Berita Acara pembentukan OKP IPDKR pada malam itu.

Satu tahun kemudian semboyan ini menjelma menjadi sebuah Salam yang luar biasa, SALAM BABABA. Adalah Pius Asiang yang kala itu menjadi Master of Ceremony Seminar Kepemudaan dan Sosialisasi IPDKR di Desa Korek Kec. Sungai Ambawang yang pertama memperkenalkannya ke khalayak ramai. Pertemuan tanggal 03 Oktober 2015 itu menjadi catatan sejarah lahirnya Salam BABABA, Pius Asiang memperagakan bagaimana cara mengucapkannya termasuk posisi tangan yang mengepal diangkat sejajar dengan bahu dan sedikit condong kedepan.

 Bersama Warga Desa Lamoanak

Sesaat sebelum menuju Desa Retok

BALA Pengamanan malam Natal 2016

di sela-sela tugas

BATAH

Peringatan HUT RI 2016

Kini, 2,5 tahun sudah sejak pertama kali diucapkan Salam BABABA menjadi satu ciri tersendiri bagi keberadaan IPDKR bahkan mampu memberikan inspirasi bagi kelompok pemuda lainnya. Semoga dengan hidupnya semboyan ini didalam hati dan sanubari kita sebagai Warga IPDKR, kita selalu terdorong untuk membangun semangat kebersamaan (Bonum Commune), meninggalkan ke"AKU"an serta orientasi pribadi lainnya. Setiap hari bagi kita adalah kepalan tangan yang kokoh dan tegas, Salam BABABA adalah salam hormat dan persahabatan kita.

SALAM BABABA!!!

Rabu, 11 April 2018

Potensi Intelektual


Dimensi mental kita saat ini saat ini berhubungan dengan Potensi-pontensi intelektual. Menurut sejarah Indonesia dikenal dengan Negara yang memiliki Potensi Intelektual yang luar biasa. Mengapa Tidak? 

Hal Ini jelas karena sedari dulu Indonesia sudah memiliki tata cara hidup dan adat istidat yang merupakan tindakan moral nyata atas perilaku hidup sehari-hari. 

Salah satunya adalah Suku Dayak. 
Suku Dayak secara umum, memiliki tata cara hidup yang sudah terorganisir yang terkesan 'lembut' dan 'ramah'. Catatan "Etika adalah salah satu kecerdasan manusia"

Buktinya, kalau anda berbergian ke daerah orang-orang Dayak kalian pasti akan banyak belajar tata cara hidup beretika yang sangat dalam.  Bahkan hal spele saja dihormati. Contoh: "Nek, mania' kita'k (jelas-jelas bawa sabun, ya mandilah), hahaha...

Nah, etika seperti itulah yang mesti kita jaga sebagai kaum muda dewasa ini. Di masa lalu leluhur kita sudah terbiasa dengan etika hidup seperti ini. 

Bukan hanya satu hal, tetapi juga banyak hal dan tata aturan hidup yang memang menjunjung tinggi harkat dan martabat nenek moyang. 

Wah, ternyata nenek moyang kita pintar-pintar ya... 

Hukum adat aja kita sudah punya, wow.. Mantap yah.... 

Salam BABABA! 

IPDKR We Care



IPDKR We Care
( Kita Peduli )

Oleh : Samuel

Dunia semakin hari semakin berkembang, setiap detik akan terjadi perubahan terutama dalam teknologi bahkan pola pikir. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ini akan merampat pada cara hidup orang muda yang semakin hari semakin lupa akan siapa diri dan identitas mereka.

Manusia sudah kehilangan kepeduliannya terhadap dunia, terhadap sesama, terhadap dirinya sendiri. Peduli dalam Bahasa Inggris disebut Care,.

 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peduli adalah memperhatikan (perhati= mengamati dengan sungguh-sungguh, menilik), mengindahkan, menaruh perhatian.

Pada saat ini Ikatan Pemuda Dayak ajak kita untuk melihat bagaimana kepedulian kita terhadap semua yang terdapat di sekitar kita. Entah itu lingkungan, Budaya, etika, moralitas hidup bahkan yang paling penting adalah bagaimana peduli terhadap sesama.

Cerdas melalui Etika Budaya (Semangat IPDKR)

Berbicara tentang semangat budaya, maka kita diajak untuk kembali menyadari betapa cerdasnya orang yang menghargai siapa diri mereka dan siapa asal usul mereka. Selaras dengan itu, yang terpenting adalah bagaimana memberikan warna terhadap gerakan masyarakat yang nyata.

Seperti membantu korban bencana alam, menolong sesama, merangkul sesama dan saling melindungi sesama dalam satu wadah dan semangat yang satu. Apa itu? Itulah yang disebut dengan spritualitas dari sebuah budaya.

Hal itu tampak dalam semangat Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya yang setiap detik, saat dan setiap waktu untuk selalu waspada terhadap isu-isu Hoax yang merusak pola pikir generasi muda. Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya alias IPDKR merupakan wadah yang netral dan tentunya cerdas dong. 

Sebab  dalam wadah IPDKR sangatlah diajarkan bagaimana sopan santun dasar dari semangat Budaya. Dan yang paling uniknya dari itu adalah semangat yang tidak biasa.

Menolong, tanpa pambrih, belajar semakin rendah hati, dan tetap kritis dengan keadaan dunia yang semakin ‘panas.’

Salam BABABA adalah salam yang mengandung tiga makna sekaligus. Apa itu ? Mari orang muda, kita bergabung dan wartakan keadilan, moralitas melalui wadah IPDKR, dan serukan Salam BABABA.

IPDKR Bukan Sekedar Organisasi


Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya 
Bukan Sekedar Organisasi

Oleh : Samuel

Belakangan ini, kehormatan  orang muda bisa saja tercoreng dengan ‘gila’nya media sosial. Kenapa tidak? Cobalah perhatikan, di Kubu Raya tidak sedikit orang muda yang memiliki darah asli Dayak, tapi ‘kebingungan’ dengan wadah mana yang cocok buat mereka?

Ada yang takut, habis ‘waktu-lah’, tak dapat uang-lah dan banyak sekali ‘silatan lidah’ yang ujung-ujungnya; ya, tetap saja tidak peduli dengan lingkungan bahkan sesama. Miris ya?

Yuk, jawab sebentar ya?

Kawan-kawan, ini yang ku rasakan semenjak masuk dalam wadah IPDKR. Coba perhatikan pola pikir mereka? Coba lihat relasi mereka? Coba lihat visi dan misi mereka? Cobalah, sekali saja dengar perjuangan mereka mendirikan IPDKR?  Atas dasar apalah?

Habiskan waktu buat urusan IPDKR, habiskan waktu buat rapat saja, habiskan waktu pula buat ikut melestarikan budaya dan mungkin masih banyak lagi yang tak terungkapkan disini.
Ya, hanya kalianlah yang tahu.

Hahaha, mungkin bodohlah mereka yang mau berjuang keras mendirikan organisasi ini jika pada akhirnya ‘nol’ hasilnya. Betul?

Eits, tapi jangan salah. Coba lihat lagi, relasi IPDKR sudah dikenal Kalbar loh. Buktinya, saya sendiri yang sering ‘tenteng’ baju IPDKR dengan percaya diri pergi ke Bengkayang, Ngabang, Sambas, Sintang, Sanggau dan masih banyak tempat-tempat yang tak tersebutkan.

Apalah kata mereka?

Kamu IPDKR ya,? Rata-rata begitu yang bertanya kepada ku.

Tentu saya jawab dengan bangga dong, “Ya” jawab ku.

Terus katanya, wah saya juga pemuda (Sanggau, Kapuas Hulu, Sintang, dll) , tanpa direkayasa kami sangat akrab, ditengah perbincangan  yang seru kala itu.

Nah, terbukti bukan bahwa IPDKR bukanlah hanya sekedar organisasi biasa. IPDKR sudah memiliki badan hukum yang jelas dan terstruktur. IPDKR bukan hanya dikenal pada wilayah Kubu Raya saja, tetapi IPDKR nyaris dikenal oleh Kalimantan Barat.  

Pertanyaannya? Jika Anda dari orang muda Kubu Raya sendiri, seandainya ditanya apakah masuk organisasi pemuda Dayak, apa kira-kira jawaban mu yang bisa membanggkan Darah nenek moyang mu ?

Hehehe,,,,  

Ciaaa, yuk ikutan IPDKR wadahnya sangat positif, disana ada wadah mengembangkan talenta, sharing bahkan ada juga wadah rohani, pokoknya lengkap deh.

Untuk pertanyaan atau mau ambil Formulir Pendaftaran kami dapat di Hubungi di WA IPDKR 085828618181, Surel : ikatanpemudadayak.kuburaya@gmail.com dan pastinya bisa melalui anggota IPDKR yg rekan2 kenal.

SALAM BABABA ( Salam Khas IPDKR)

Rangkaian Foto : Sosialisasi IPDKR BElum lama ini















MAKNA DIBALIK LOGO IPDKR



# Warna Hitam melambangkan IPDKR adalah organisasi yg kuat dan besar serta mampu membaur dengan siapa saja tanpa kehilangan integritas dan identitas diri sebagai Pemuda Dayak.

# Warna Merah melambangkan keberanian dan keyakinan organisasi untuk bermitra dengan Masyarakat serta Pemerintah Daerah Kab. Kubu Raya.

# Warna Putih melambangkan sifat organisasi yang mengutamakan kejujuran dan kebersihan hati dalam setiap kegiatannya.

# Warna Kuning melambangkan sifat organisasi yg agung, anti intervensi, independen dan menjauhi hal-hal yg negatif serta terlarang.

# Guliga Enek ( lingkaran kecil ) melambangkan persatuan dan kekompakan seluruh unsur pengurus IPDKR.

# Guliga Aya' ( lingkaran besar ) melambangkan persatuan dan kekompakan seluruh anggota IPDKR.

# Tapayatn ( tempayan ) melambangkan IPDKR sebagai tempat/wadah berkumpulnya pemuda/i dayak di Kab. Kubu Raya.

# Rinyuakng ( Daun Juang ) melambangkan organisasi IPDKR mampu membuat anggotanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan adat istiadat Dayak yg utuh.

# Tangkitn melambangkan totalitas organisasi IPDKR dalam menjaga serta melestarikan Tradisi, Budaya dan Adat Istiadat Dayak.

# Motif Bangkahilatn melambangkan semangat pantang menyerah, siap berada disegala medan dan pantang mundur disegala situasi.

# Calek Kapur ( siluet putih ) di daun juang berjumlah 21 dan 11 melambangkan tanggal berdirinya IPDKR, yakni tanggal 21 November 2014.

Sumber :
1. AD/ART IPDKR
2. BUKU PORTOFOLIO IPDKR

Minggu, 01 April 2018

IPDKR Kampanyekan Gerakan Menanam Pohon

Tunas Hijau siap di tanam Oleh Dewan Pengawas dan DPP IPDKR

KUBU RAYA - Bulan Maret adalah bulan yang menaruh perhatian secara khusus kepada Hutan (20 Maret) dan Air (22 maret) di dunia. Negara-negara maju menyadari perlunya keterlibatan masyarakat dunia secara nyata dalam menjaga keberlangsungan ekosistem, termasuk Negara kita, INDONESIA.

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, total luas hutan saat ini mencapai 124 juta hektar. Tapi sejak 2010 sampai 2015, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi kehilangan luas hutannya yang mencapai 684.000 hektar tiap tahunnya," (Deputi FAO Representative bidang program di Indonesia, Ageng Herianto, Selasa (30/8/2016).

Sementara di kalbar luas hutannya tahun 2013 8,2 juta Ha dan luas lahan gambut 1,6 juta Ha. dan pada tahun 2012 sebanyak 72.386 Ha lahan kritis di rehabilitasi sedangkan pada tahun 2016 luas hutang yang direhabilitasi 2.407. (Laporan Pembangunan Kehutanan Tahun 2008-2016)
 Dara IPDKR turut terlibat

Selain itu Indonesia juga masuk daftar negara dengan penduduk terbanyak yang tidak bisa mengakses air bersih versi Wateraid (2016). Negara kita berada di peringkat ke-6 dari 10 negara. Ada sekitar 32 juta orang di Indonesia hidup tanpa air bersih.Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sampai tahun 2015, baru 70.97% rumah tangga yang memiliki sumber air minum layak.

Di Kalimantan Barat peran PDAM sangat vital namun saat ini belum maksimal dalam pelayanannya terutama di daerah-daerah. Saat ini yang kebiasaan warga menggunakan air hujan yg ditampung.

menyikapi hal tersebut Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya melalui Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menginisiasi sebuah gerakan yakni aksi menanam Pohon. Kegiatan yang bertajuk "Harmonisasi dan Rekonsiliasi Ekologis" ini lebih kepada mengkampanyekan atau membumikan kegiatan sederhana namun sangat bermanfaat bagi kelestarian hutan dan air.

"Keharmonisan antara makhluk (termasuk tanaman) beberapa dekade terakhir sudah menunjukkan tanda-tanda yang tidak sehat bahkan cenderung semakin rusak. Contoh akibat kekuasaan manusia, ciptaan lain dihabiskan bahkan dibumihanguskan. Akibatnya ciptaan lain menunjukkan perlawanan dengan situasi alam yg tidak mau bersahabat, binatang tidak lagi muncul seperti dahulu, dan bisa jadi juga sudah mengalami kepunahan." Kata Clarensius Capricho, S.Pd salah satu dari DPP IPDKR yang hadir.

Semangat GO GREEEN....SALAM BABABA

"Menyikapi fenomena ini, kita perlu mengadakan rekonsiliasi yaitu membangun kembali keharmonisan itu, ingin melakukan perdamaian dengan makhluk ciptaan lainnya. Dengan cara menanam kembali. Harapannya adalah keharmonisan atau keseimbangan itu kembali lagi. Selain itu, tentulah harapan paling utama dan hakiki adalah memelihara keakraban dengan Tuhan dan leluhur kita dan yang paling penting kegiatan ini tidak hanya seremonial saja tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal-hal sederhana hingga hal-hal yang kompleks." Jelas Antonius Rani, Ketua Dewan Pengawas IPDKR yang turut serta dalam gerakan ini.

Sementara Bonifasius Tyo selaku koordinator kegiatan lebih menitikberatkan pada partisifasi generasi muda dalam kegiatan-kegiatan serupa, ia berharap kegiatan ini merupakan langkah awal yang selalu dikembangkan kedepannya.

Gerakan Menanam pohon ini dilaksanakan pada hari Sabtu 24 Maret 2018 di Desa Duriatn Kecamatan Sui. Ambawang adapun tempat yang dipilih adalah Situs Pantak Ne' Oto' dan Situs Timawakng Angus. NS