Sekjend IPDKR, Dedi Sulerama, S.Pd saat memberikan materi
Di Pertengahan tahun 2014 ditengah gencarnya pertemuan demi pertemuan, terbersitlah sebuah ide bahwa organisasi ini perlu memiliki sebuah semboyan yang bermakna dalam serta dapat dibuat akronimnya sehingga mudah di ucapkan dalam bentuk Salam, itulah yang dipikirkan dan dirancang oleh Teofelus Boni, yang terinspirasi dari Salam Khas PMKRI.
Dayak memang sudah identik dengan salamnya yang khas yang terdiri dari 3 kalimat yakni, : Adil ka' Talino, Bacuramin ka' Saruga, Basengat ka' Jubata. namun Boni, yang kemudian terpilih sebagai Ketua Umum IPDKR berpendapat untuk menyatukan kelompok muda Dayak di kabupaten Kubu Raya perlu sebuah slogan yang bisa diingat dan mudah dipahami. ditemukanlah tiga buah kata yang berasal dari Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe). Ketiga kata itu adalah Bakomo', Bapakat dan Batulukng.
Ketiga kata ini masing-masing memiliki arti yang berbeda. Bakomo' adalah sebuah kegiatan dimana adanya pertemuan yang melibatkan lebih dari dua orang manusia, Komo' artinya kumpul dan imbuhan Ba- dapat diterjemahkan sebagai Ber- jadi Ba + Komo' = Ber + Kumpul.
Dari kumpulan orang-orang ini tadi maka ada proses komunikasi yang diputuskan secara bersama-sama, itulah arti Bapakat atau Bersepakat. sedangkan yang terakhir adalah Batulukng, sebuah usaha bersama untuk mewujudkan apa saja yang telah disepakati. secara harafiah dapat diartikan sebagai kegiatan Gotong Royong. Maka sebenarnya Bakomo' Bapakat dan Batulukng tidak lain adalah semangat khas Masyarakat Dayak (Huma Betang) yang juga sebagai ciri Bangsa Indonesia yakni Musyawarah Mufakat dan Gotong Royong.
Tidak hanya sampai disana, ketiga kata ini direduksi menjadi sebuah kalimat baru yang juga berasal dari bahasa Dayak kanayatn yakni BABABA. Bababa artinya saling mengajak satu sama lain, sebuah kata yang memiliki makna persuasif. ini artinya IPDKR adalah sebuah organisasi yang selalu mengajak orang lain baik yang sudah menjadi anggotanya maupun yang belum bergabung untuk saling mengajak dalam hal apa saja dan itu pastinya adalah hal-hal yang baik.
Pada hari Jumat, 21 November 2014, Pukul 20.00 WIB malam, Boni mempresentasikan gagasannya ini, 6 Slide materi satu demi satu dijelaskannya dengan media LCD yang waktu itu dipinjam dari Puskesmas Lingga. Gagasan tersebut mendapat respons yang beragam dari peserta bahaupm kala itu, Salah satunya dari Nikolas Paskalis (Bendahara Umum IPDKR 2014 - 2016), Dia berpendapat kalimatnya masih sangat sederhana, perlu dipikirkan lagi kata-kata lain yang lebih sarat makna namun juga up to date, mungkin istilah jaman sekarang Kalimat Jaman Now begitulah kira-kira. Namun mayoritas peserta yang hadir dalam Forum tersebut menyetujui hingga menjadi salah satu putusan yang tertuang dalam Berita Acara pembentukan OKP IPDKR pada malam itu.
Satu tahun kemudian semboyan ini menjelma menjadi sebuah Salam yang luar biasa, SALAM BABABA. Adalah Pius Asiang yang kala itu menjadi Master of Ceremony Seminar Kepemudaan dan Sosialisasi IPDKR di Desa Korek Kec. Sungai Ambawang yang pertama memperkenalkannya ke khalayak ramai. Pertemuan tanggal 03 Oktober 2015 itu menjadi catatan sejarah lahirnya Salam BABABA, Pius Asiang memperagakan bagaimana cara mengucapkannya termasuk posisi tangan yang mengepal diangkat sejajar dengan bahu dan sedikit condong kedepan.
Bersama Warga Desa Lamoanak
Sesaat sebelum menuju Desa Retok
BALA Pengamanan malam Natal 2016
di sela-sela tugas
BATAH
Peringatan HUT RI 2016
Kini, 2,5 tahun sudah sejak pertama kali diucapkan Salam BABABA menjadi satu ciri tersendiri bagi keberadaan IPDKR bahkan mampu memberikan inspirasi bagi kelompok pemuda lainnya. Semoga dengan hidupnya semboyan ini didalam hati dan sanubari kita sebagai Warga IPDKR, kita selalu terdorong untuk membangun semangat kebersamaan (Bonum Commune), meninggalkan ke"AKU"an serta orientasi pribadi lainnya. Setiap hari bagi kita adalah kepalan tangan yang kokoh dan tegas, Salam BABABA adalah salam hormat dan persahabatan kita.
SALAM BABABA!!!