Selasa, 04 Desember 2018

IPDKR Anugerahi Wakil Bupati Kubu Raya Piagam Penghargaan


Ketua Umum IPDKR menyerahkan Piagam Penghargaan kepada Wakil Bupati Kubu Raya.

Kubu Raya - Di nilai berhasil menjalankan tugas dan tanggung jawabnya Wakil Bupati Kubu Raya, Drs. Hermanus, M.Si diganjar Piagam Penghargaan oleh DPP IPDKR. Piagam tersebut diserahkan pada saat acara Peringatan Hari Ulang Tahun IPDKR yang ke-4, Sabtu 1 Desember 2018 yang lalu.

Hermanus tidak menyangka akan diberi penghargaan seperti itu, dalam pidato singkatnya, Ia menyampaikan terima kasih kepada IPDKR atas penghargaan yang diberikan kepadanya. 

"Saya tidak menyangka akan diberi penghargaan seperti ini, tugas saya sebagai Wakil Bupati Kubu Raya akan berakhir awal tahun depan, kami menyampaikan Terima kasih kepada IPDKR, semoga 
kerja sama dengan pemerintah selalu terjalin dengan baik. saya doakan IPDKR semakin sukses dalam segala aktivitasnya." Ujar Hermanus.

Drs. Hermanus, M.Si., Wakil Bupati Kubu Raya

Teofelus Boni, Ketua Umum IPDKR yang menyerahkan langsung Piagam tersebut mengatakan ini pertama kalinya IPDKR memberikan piagam penghargaan untuk Pejabat Pemerintah. Ia mengatakan diberikannya Penghargaan ini tidak lepas dari sosok keteladanan yang diberikan oleh Hermanus, seorang Putra Dayak pertama yang berhasil menduduki jabatan Wakil Bupati di Kubu Raya.

"Piagam ini diberikan kepada Bpk. Drs. Hermanus, M.Si karena sejauh ini kami menilai Beliau berhasil menjalankan tugasnya sebagai Wakil Bupati Kubu Raya, sebagai pemuda Dayak kami bangga. Keberhasilan Beliau dalam membangun dan memimpin dapat kami rasakan." Ujar Teofelus Boni sambal menyerahkan Piagam Penghargaan yang ditulis dengan tinta emas tersebut.

Sejumlah OKP Hadiri Peringatan HUT IPDKR yang ke-4 Tahun 2018

Victorinus dan Margaretha Atum yang bertindak sebagai MC

Kubu Raya - Aula Kantor Bupati Kubu Raya tampak penuh sesak dengan kumpulan pemuda dengan pakaian hampir senada, gelap dan merah serta ada beberapa Pria dan Wanita yang tampak bersahaja dengan pakaian adat Dayak yang melekat ditubuhnya. mereka adalah Page IPDKR (Page adalah sebutan untuk anggota tetap IPDKR) yang menghadiri kegiatan peringatan 4 tahun lahirnya IPDKR.

Namun ditengah-tengah hiruk pikuk acara tersebut tampak beberapa OKP yang menjadi tamu kehormatan IPDKR membaur dengan para hadirin seperti LASKAR SATUAN KELUARGA MADURA, LASKAR BANGKULE RAJAKNG, GARDA BORNEO, MORENG, BALA ADAT DAYAK, IPD-KM, PAGE WARIS BANYUKE, PEMUDA DAYAK KALIMANTAN BARAT, PEMUDA DAYAK KOTA PONTIANAK, dll.
 FKKM Kota Pontianak

 Dara Dayak Kubu Raya

 Laskar Bangkule Rajakng

Laskar SAKERA

Semarak peringatan hari jadi IPDKR yg ke-4 Tahun ini semakin lengkap dengan penampilan apik Tarian Kreasi Yuli, Erna dan Ansibur, ada Singara yang dibawakan oleh Rere, Lagu2 yang menceritakan indahnya alam Kalimantan yg dinyanyikan Gergia Galuh, Octabiana, Linus dan Hengky. juga ada suguha special dari OMK St. Yohanes Don Bosco dengan Drama Musikalnya yg bertajuk Alam Borneo, tidak ketinggalan juga ada penampilan spektakuler dari Laskar Bangkule Rajakng dengan Tarian Tradisional yg dikombinasikan dengan atraksi kekebalan yang dipimpin oleh Bino terakhir pertunjukan Silat Tradisional Dayak yang ditampilakan oleh Wiliam. Decak kagum dan tepuk tangan terdengar terus didalam ruangan yang berkapasitas 300 orang tersebut.

Kue Ulang Tahun dengan Penjagaan khusus

Drama Musikal Alam Borneo

Dipuncak acara setelah tiup lilin dan pemotongan kue ulang tahun acara dilanjutkan dengan IPDKR Award, sebuah ajang penganugerahan penghargaan bagi Page IPDKR yang telah diseleksi oleh Tim Khusus dan terakhir acara pembagian doorprize.




BATAH III dan HUT IV IPDKR Tahun 2018 Sukses Terlaksana


Kubu Raya – IPDKR kembali menyelenggarakan kegiatan Bahaupm Tahunan. Bahaupm Tahunan IPDKR yang ke-3 kali ini dilaksanakan hampir seharian penuh karena dilanjutkan dengan acara peringatan Hari Ulang Tahun IPDKR yang ke-4. Bertempat di Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Bahaupm Tahunan atau yang biasa di singkat BATAH ini diikuti oleh seluruh unsur anggota IPDKR baik Dewan Pengawas, Pengurus Pusat, Pengurus Cabang dan BALA IPDKR. Adapun agenda BATAH ke-3 IPDKR ini diantaranya adalah Pelantikan Komando Pusat BALA IPDKR, Pelantikan Pengurus Baru DPC IPDKR Kec. Sungai Ambawang, Pengukuhan Page Baru IPDKR dan Launching Kartu EPD IPDKR.

 DPP IPDKR yang memimpin Sidang Bahaupm Tahunan III IPDKR Tahun 2018

Dalam BATAH kali ini Para Pengurus melaporkan realisasi program-program yg telah dilaksanakan sepanjang tahun 2018, sekaligus menetapkan program untuk tahun mendatang yang disepakati melalui Sidang komisi. Adapun materi untuk Komisi A terkait dengan Seni & Budaya, Hukum & Adat Istiadat Dayak dan Organisasi Pendidikan & Pelatihan. Komisi B membahas mengenai Ekonomi & Enterpreneurship, Politik & Pemerintahan dan Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup sedangkan Komisi C membahas mengenai Eksistensi Dara Dayak, Humas Sosial Media & Pariwisata dan Kesehatan & Sosial Kemasyarakatan. Setiap hasil diskusi kemudian disampaikan oleh Ketua Komisi yang bersangkutan kepada seluruh sidang BATAH ke-3 IPDKR ini.
Sore harinya kegiatan IPDKR ini dilanjutkan dengan acara Peringatan HUT IPDKR yang ke-4 yang dibuka langsung oleh Wakil Bupati Kab. Kubu Raya Bpk. Drs. Hermanus, M.Si dengan pemukulan gong sebanyak 7 kali. Dalam sambutannya Hermanus mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh IPDKR selama 4 tahun terakhir, keberadaan IPDKR dinilainya Positif dan layak ditiru oleh generasi muda lainnya.
Wakil Bupati Kubu Raya disambut dengan Tarian Selamat Datang
“Saya melihat selama ini, IPDKR yang memasuki tahun ke empat eksistensinya ditengah masyarakat, dapat bermitra dengan Pemerintah dan membantu Pemerintah Daerah. Juga sekaligus dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial ditengah masyarakat,” ujar Hermanus, Sabtu (1/12/2018).
Hal senada juga disampaikan oleh Maria Goreti, S.Sos.,M.Si anggota DPD RI dari Kalimantan Barat yang pada kesempatan itu juga turut hadir, ia mengakui kekagumannya dengan cara kerja IPDKR dimana informasi terkait organisasi ini mudah diakses di media online. Maria Goreti berpesan agar IPDKR selalu menjadi motor untuk merawat kebhinekaan.
“Pemuda-pemudi bangsa adalah garda terdepan dalam menjaga kedaulatan Bangsa dan Negara. Dengan karya dan inovasi yang produktif,” Ujarnya.
Peserta BATAH & HUT IPDKR Tahun ini

Ketua Umum IPDKR, Teofelus Boni dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada Pemda Kubu Raya dan DAD Kubu Raya yang telah banyak membantu dan menfasilitasi kegiatan-kegiatan IPDKR. Boni juga mengingatkan seluruh anggota IPDKR untuk terus semangat dalam mengembangkan potensi diri, serius dalam menjaga soliditas dan solidaritas.
“4 tahun berkarya, IPDKR harus semakin solid, membangun sinergi untuk mewujudkan kemajuan bersama. Kita harus menghidupi semangat Bakomo’ Bapakat & Batulukng agar semangat kita untuk bekerja & berivonasi membangun kubu raya tidak pernah kendor. Kita juga harus membuka mata, bersatu untuk melawan segala bentuk intoleransi dan radikalisme, yg berpotensi untuk memecah belah persatuan Indonesia. Empat Pilar Kebangsaan adalah Final.” Tegas Boni dalam sambutannya.
Adapun tujuan dilaksanakannya dua kegiatan ini semata-mata untuk meningkatkan kebersamaan antar sesama Pemuda Dayak sehingga IPDKR semakin baik dan kuat, mampu bekerja dan berinovasi sesuai dengan tema kegiatan ini.
“Melalui bahaupm Tahunan dan Peringatan HUT IPDKR kita tingkatkan peran pemuda dayak yang bekerja dan berinovasi untuk mendukung percepatan pembangunan di Kab. Kubu Raya. Itulah tema yang kami angkat tahun ini.” Jelas Febrianus Kori, Ketua Panitia Kegiatan ini.

Minggu, 22 Juli 2018

Sejarah Perjuangan dan Jasa J.C Oevaang Oeray


JC. Oevaang Oeray

Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray juga merupakan salah satu pendiri Partai Persatuan Dayak yang pernah mengikuti Pemilu pertama di Indonesia tahun 1955 dan 1958. Meninggal di Pontianak, 17 Juli1986 pada umur 63 tahun.

Oevaang Oeray adalah Gubernur Kalimantan Barat yang menjabat pada periode 1960-1966 dan merupakan Gubernur Kalbar pertama dari kalangan Suku Dayak. Dia juga menekankan kedaulatan setiap agama yang dijamin oleh kebebasan beragama sebagai salah satu hak yang paling mendasar, dan menolak pula kontrol atas praktik keagamaan oleh negara dalam bentuk apapun.

Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray lahir di Kedamin, Kapuas Hulu pada tanggal 18 Agustus 1922. Ayah dan ibunya bernama Ledjo dan Hurei yang beragama Katolik. Kedua orang tuanya berasal dari suku Dayak yang bekerja sebagai penoreh karet dan petani ladang berpindah.
Ia merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Saudaranya yang lain adalah Ding Oeray, Mering Oeray dan Tepo Oeray. Pertama-tama sekali ia bekerja adalah menjadi seorang guru. Dan kemudian, pada tahun 1941 para guru sekolah Katolik Se-Kalimantan Barat berkumpul di Sanggau mengadakan retret (rekoleksi) tahunan.
Saat retret berlangsung, seorang murid seminari di Nyarumkop, Oevaang Oeray, menulis surat terbuka kepada para peserta rekoleksi. Isinya mengajak para guru memikirkan perbaikan nasib masyarakat Dayak yang terus dalam kondisi memprihatinkan. Di antara pemikiran diajukan, antara lain agar perbaikan nasib orang Dayak dilakukan melalui perjuangan organisasi politik.

Gagasan yang dikemukakan Oevaang Oeray ini mampu memberikan inspirasi para peserta, pada penutupan rekoleksi yang dipimpin AF Korak, JR Gielling Laut, dan M Th Djaman, melahirkan kebulatan tekad membentuk organisasi yang berfungsi memperjuangkan nasib Dayak di forum politik.
Keadaan seusai kemerdekaan Sejarah Kalimantan Barat (1945-1950).

Inilah embrio Partai Persatuan Dayak, didahului pembentukan Dayak In Action (DIA) dengan ketuanya adalah Fransiskus Conradus Palaoensoeka dan pastor Adikarjana.
Kemudian, pusat partai ini dipindahkan ke Pontianak dan diubah namanya menjadi PPD pada 1 November 1945 dan menjadi suatu wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. DIA tak terpisahkan dari pernyataan kebulatan tekad yang tercetus di Sanggau pada 1941. karena itu maka merupakan tonggak sejarah perjuangan dan kebangkitan Dayak.

Sewaktu Sultan Hamid II membuat DIKB (Daerah Istimewa Kalimantan Barat), pejuang Kalbar yang sifatnya unitarianisme menganggap bahwasanya PPD dibuat untuk keuntungan NICA agar dapat menguasai Kalbar lagi. Kebetulan Oevaang Oeray dalam DIKB mendapat bagian dalam Dewan Pemerintahan Harian bersama keempat orang lainnya, yakni A.P. Korak (Dayak), Mohammad Saleh (Melayu), Lim Bak Meng (Tionghoa), dan Nieuwhusjsen. Lewat tokoh semacam Oevaang Oeray, ekspedisi TNI yang dipimpin oleh Zulkifli Lubis masuk ke dalam tokoh Kalimantan Barat lain. J.C. Oevaang Oeray dan tokoh-tokoh lain bertindak sebagai panitian penyambut pendaratan pasukan TNI di Pontianak. A.H. Bohm, seorang tokoh Belanda yang menjadi sekretaris dan sempat menjadi residen Sambas, mengutip sikap politik Oevaang Oeray sebagai tokoh masyarakat dari kalangan Suku Dayak terhadap bentuk NKRI. Bohm mengutip tulisan dari Majalah Suar, terbitan Departemen Penerangan yang terdapat disitu Surat Terbuka yang dikirim kepada semua cabang di Persatuan Dayak.

Berkata Bohm:
"Dalam surat itu, Oevaang Oeray menekankan pentingnya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban yang ia pandang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat. Ia memperingatkan agar waspada terhadap provokator-provokator dan penyebar isu-isu menyesatkan"

Isi surat itu kurang lebih seperti ini:
"Saya berulang kali berkata, bila kalian takut dengan kata-kata bahwa apabila kita merdeka, maka kalian orang-orang Dayak akan dibunuh semua, Pejabat Dayak akan diberhentikan dan kalian serta kita semua orang Dayak akan menjadi budak manakala Tentara Nasional Indonesia dan Republik Indonesia datang ke sini, dan kalian dibunuh, ditangkap, atau diperlakukan semacam itu, maka kabar itu jangan dipercaya. Laporkan hal itu kepada Polisi atau Tentara Nasional Indonesia."

Kemudian pada 22 Juni 1959, Oeray dilantik menjadi Kepala Daerah Swatantra Tk. 1 oleh Sekretaris Jenderal Dalam Negeri dan Otonomi Daerah R.M. Soeparto menggantikan Mendagri. Pada sidang DPRD Tk I Kalbar, Oevang Oeray berhasil terpilih sebagai Gubernur KDH Tk.I Kalbar yang disahkan oleh Keppres No.465/1959, tanggal 24 Desember 1959 untuk periode 1 Januari 1960-12 Juli 1966. Pelantikannya berlangsung pada 30 Januari 1960 oleh Mendagri, pada saat itu Mendagri digantikan oleh Roehadi Wihardja.

Masa pemerintahan Oevaang pernah mengalami kejadian yang tidak terlalu bagus. Sebagai contoh kesuksesan Partai Persatuan Dayak dalam mengikuti pemilu 1955, dengan 146.054 suara dan 1958 mengundang reaksi. Contohnya: Orang-orang Melayu menuduh Oevaang Oeray melakukan praktik pilih kasih dalam pengangkatan pegawai. Ini dikarenakan pada zaman penjajahan, Suku Dayakdianggap rendah dan dikucilkan oleh Kesultanan-Kesultanan Melayu. Sehingga, tindakannya ini dilatarbelakangi dengan niatannya untuk mengangkat derajat Suku Dayak. Hal ini membuatnya dituntut mundur pada awal 1965, dan ia dituntut turun dari jabatan gubernurnya karena hal tersebut dan selain itu, ia dituduh telah menciptakan perpecahan etnis.

Ipik Gandamana menyerahkan secara riil urusan Pemerintahan Umum Pusat kepada daerah pada 1959. Di awal pemerintahannya ini, terjadi upaya menghilangkan dualisme di bidang pemerintahan. Salah satunya dengan penyerahan secara riil urusan Pemerintahan Umum Pusat kepada daerah pada 1959. Penyerahan dilakukan Menteri Dalam Negeri ketika itu, yakni Ipik Gandamana sebagai wakil pemerintah pusat kepada gubernur. Pada saat bersamaan dinyatakan bahwa seluruh kawedanan di Kalbar dihapuskan.

Selain itu, Partai Persatuan Dayak mengalami kemunduran. Yang mana, ini disebabkan oleh kebijakan dari pemerintah pusat untuk mengurangi partai politik daerah dan akibat adanya konflik di tubuh internal partai. Pada tahun 1960-an, PD mengalami perpecahan dan menjadi dua fraksi. Fraksi pertama dikomandoi oleh Gubernur Oevaang Oeray yang didukung oleh Partindo (partai nasionalis sayap kiri). Fraksi kedua dipimpin oleh Palaoensoeka dan didukung mayoritas guru Katolik dan bergabung dengan Partai Katolik.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Pada 1964, Jenderal Supardjo, Panglima Komando Tempur IV Komando Mandala Siaga mengambil kontrol secara keseluruhan Kalimantan Barat sebagai komando angkatan tugas, tapi pada waktu Konfrontasi ini merupakan tahap akhir dan dia menjadi korban pergolakan politik pada Oktober 1965. Kemudian pada September 1965, tibalah surat kawat dari istrinya yang memintanya untuk pulang ke Jakarta. Sesungguhnya, Syam Kamaruzaman-lah yang menyuruh istri Supardjo mengirim surat kepadanya. Akibatnya, dia digantikan oleh A.J.Winoto. Dia ikut berpartisipasi dalam pemusnahan gerilyawan yang berada di sepanjang perbatasan Sarawak. Gubernur yang membantu Winoto saat Revolusi Brunei adalah Oeray. Dan Winoto juga sama-sama anggota Partindo dengan Oevaang Oeray.

Barulah, pada tahun 1965, perpolitikan Dayak di bawah Partindo mengalami kemunduran tahun 1965. Lalu atas inisiatif komando militer setempat, Partindo bergabung dengan IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), partai yang didominasi orang-orang Melayu. Adanya fusi itu membuat orang Melayu terancam, karena orang-orang Dayak mulai menguasai struktur. Lalu tiba-tiba, pada tahun 1968 ada kebijakan bahwa orang-orang eks Partindo di IPKI harus dibubarkan. Tetapi permintaan itu ditolak oleh pengurus IPKI pusat. Sejak saat itu, hubungan antara Dayak dan Melayu menjadi retak.

Difitnah dan turun dari jabatan
Oeray merupakan orang yang dekat dengan Soekarno/Soekarnois. Setelah insiden pembunuhan 6 jenderal di Jakarta, ia dituding sebagai tokoh politik yang terlibat PKI.

Padahal menurut evaluasi Kementerian Luar Negeri, Oevaang Oeray bukanlah simpatisan PKI, melainkan anggota Partindo yang sering dideskribsikan sebagai kelompok sayap kiri. Di masa itu selain anggota PPD yang dihabisi oleh Soekarno, banyak pula PNS Dayak yang diberhentikan dengan tuduhan terlibat PKI. Pada tanggal 12 Juli 1966 Mendagri, Basuki Rachmat memberhentikan dengan hormat Oevaang Oeray selaku Gubernur Kepala Daerah Kalbar dan menunjuk Letkol Soemadi BcHK sebagai gubernur baru. Oeray diberhentikan lebih cepat 2 bulan 10 hari sebelum habis masa jabatannya, karena keputusan pemberhentian dengan hormat dari presiden baru turun 22 September 1966, dengan Nomor 207 Tahun 1966.

Dasar hukum pemberhentian Oevaang Oeray ini adalah keputusan No.UP.12/2/43-912 tanggal 12 Juli 1966 memberhentikan dengan hormat J.C Oevang Oeray selaku Gubernur Kepala Daerah Kalbar dan menunjuk Letkol Soemadi BcHK sebagai gubernur baru. Guna mencari gubernur baru secara definitif, maka DPRD GR Kalbar dalam sidangnya pada tanggal 18 Juli 1966 menetapkan dua orang calon gubernur, masing- masing Kol.CHK Soemadi BCHK serta F.C Palaunsoeka.

Akhirnya Presiden RI mengangkat Kol CHK Soemadi BCHK sebagai Gubernur Kalbar Tingkat I melalui SK Presiden No 88 tanggal 1 Juli 1967. Pemberhentian Gubernur Oevang Oeray berdasarkan SK Presiden RI No 207 tanggal 22 September. Dengan demikian pemberhentian berdasarkan SK Mendagri Basuki Rahmat tersebut didahului SK Presiden. Pelantikan gubernur baru itu dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1967 pada Sidang Istimewa DPRD GR Kalbar dan dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Depdagri, Mayjen TNI Soenandar Prijosudarmo. (Tentang Suku Dayak Kalimantan)

Minggu, 15 April 2018

Salam BABABA, Sejarah dan Maknanya

Sekjend IPDKR, Dedi Sulerama, S.Pd saat memberikan materi

Di Pertengahan tahun 2014 ditengah gencarnya pertemuan demi pertemuan, terbersitlah sebuah ide bahwa organisasi ini perlu memiliki sebuah semboyan yang bermakna dalam serta dapat dibuat akronimnya sehingga mudah di ucapkan dalam bentuk Salam, itulah yang dipikirkan dan dirancang oleh Teofelus Boni, yang terinspirasi dari Salam Khas PMKRI.

Dayak memang sudah identik dengan salamnya yang khas yang terdiri dari 3 kalimat yakni, : Adil ka' Talino, Bacuramin ka' Saruga, Basengat ka' Jubata. namun Boni, yang kemudian terpilih sebagai Ketua Umum IPDKR berpendapat untuk menyatukan kelompok muda Dayak di kabupaten Kubu Raya perlu sebuah slogan yang bisa diingat dan mudah dipahami. ditemukanlah tiga buah kata yang berasal dari Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe). Ketiga kata itu adalah Bakomo', Bapakat dan Batulukng.

Ketiga kata ini masing-masing memiliki arti yang berbeda. Bakomo' adalah sebuah kegiatan dimana adanya pertemuan yang melibatkan lebih dari dua orang manusia, Komo' artinya kumpul dan imbuhan Ba- dapat diterjemahkan sebagai Ber- jadi Ba + Komo' = Ber + Kumpul.

Dari kumpulan orang-orang ini tadi maka ada proses komunikasi yang diputuskan secara bersama-sama, itulah arti Bapakat atau Bersepakat. sedangkan yang terakhir adalah Batulukng, sebuah usaha bersama untuk mewujudkan apa saja yang telah disepakati. secara harafiah dapat diartikan sebagai kegiatan Gotong Royong. Maka sebenarnya Bakomo' Bapakat dan Batulukng tidak lain adalah semangat khas Masyarakat Dayak (Huma Betang) yang juga sebagai ciri Bangsa Indonesia yakni Musyawarah Mufakat dan Gotong Royong.

Tidak hanya sampai disana, ketiga kata ini direduksi menjadi sebuah kalimat baru yang juga berasal dari bahasa Dayak kanayatn yakni BABABA. Bababa artinya saling mengajak satu sama lain, sebuah kata yang memiliki makna persuasif. ini artinya IPDKR adalah sebuah organisasi yang selalu mengajak orang lain baik yang sudah menjadi anggotanya maupun yang belum bergabung untuk saling mengajak dalam hal apa saja dan itu pastinya adalah hal-hal yang baik.

Pada hari Jumat, 21 November 2014, Pukul 20.00 WIB malam, Boni mempresentasikan gagasannya ini, 6 Slide materi satu demi satu dijelaskannya dengan media LCD yang waktu itu dipinjam dari Puskesmas Lingga. Gagasan tersebut mendapat respons yang beragam dari peserta bahaupm kala itu, Salah satunya dari Nikolas Paskalis (Bendahara Umum IPDKR 2014 - 2016), Dia berpendapat kalimatnya masih sangat sederhana, perlu dipikirkan lagi kata-kata lain yang lebih sarat makna namun juga up to date, mungkin istilah jaman sekarang Kalimat Jaman Now begitulah kira-kira.  Namun mayoritas peserta yang hadir dalam Forum tersebut menyetujui hingga menjadi salah satu putusan yang tertuang dalam Berita Acara pembentukan OKP IPDKR pada malam itu.

Satu tahun kemudian semboyan ini menjelma menjadi sebuah Salam yang luar biasa, SALAM BABABA. Adalah Pius Asiang yang kala itu menjadi Master of Ceremony Seminar Kepemudaan dan Sosialisasi IPDKR di Desa Korek Kec. Sungai Ambawang yang pertama memperkenalkannya ke khalayak ramai. Pertemuan tanggal 03 Oktober 2015 itu menjadi catatan sejarah lahirnya Salam BABABA, Pius Asiang memperagakan bagaimana cara mengucapkannya termasuk posisi tangan yang mengepal diangkat sejajar dengan bahu dan sedikit condong kedepan.

 Bersama Warga Desa Lamoanak

Sesaat sebelum menuju Desa Retok

BALA Pengamanan malam Natal 2016

di sela-sela tugas

BATAH

Peringatan HUT RI 2016

Kini, 2,5 tahun sudah sejak pertama kali diucapkan Salam BABABA menjadi satu ciri tersendiri bagi keberadaan IPDKR bahkan mampu memberikan inspirasi bagi kelompok pemuda lainnya. Semoga dengan hidupnya semboyan ini didalam hati dan sanubari kita sebagai Warga IPDKR, kita selalu terdorong untuk membangun semangat kebersamaan (Bonum Commune), meninggalkan ke"AKU"an serta orientasi pribadi lainnya. Setiap hari bagi kita adalah kepalan tangan yang kokoh dan tegas, Salam BABABA adalah salam hormat dan persahabatan kita.

SALAM BABABA!!!

Rabu, 11 April 2018

Potensi Intelektual


Dimensi mental kita saat ini saat ini berhubungan dengan Potensi-pontensi intelektual. Menurut sejarah Indonesia dikenal dengan Negara yang memiliki Potensi Intelektual yang luar biasa. Mengapa Tidak? 

Hal Ini jelas karena sedari dulu Indonesia sudah memiliki tata cara hidup dan adat istidat yang merupakan tindakan moral nyata atas perilaku hidup sehari-hari. 

Salah satunya adalah Suku Dayak. 
Suku Dayak secara umum, memiliki tata cara hidup yang sudah terorganisir yang terkesan 'lembut' dan 'ramah'. Catatan "Etika adalah salah satu kecerdasan manusia"

Buktinya, kalau anda berbergian ke daerah orang-orang Dayak kalian pasti akan banyak belajar tata cara hidup beretika yang sangat dalam.  Bahkan hal spele saja dihormati. Contoh: "Nek, mania' kita'k (jelas-jelas bawa sabun, ya mandilah), hahaha...

Nah, etika seperti itulah yang mesti kita jaga sebagai kaum muda dewasa ini. Di masa lalu leluhur kita sudah terbiasa dengan etika hidup seperti ini. 

Bukan hanya satu hal, tetapi juga banyak hal dan tata aturan hidup yang memang menjunjung tinggi harkat dan martabat nenek moyang. 

Wah, ternyata nenek moyang kita pintar-pintar ya... 

Hukum adat aja kita sudah punya, wow.. Mantap yah.... 

Salam BABABA! 

IPDKR We Care



IPDKR We Care
( Kita Peduli )

Oleh : Samuel

Dunia semakin hari semakin berkembang, setiap detik akan terjadi perubahan terutama dalam teknologi bahkan pola pikir. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ini akan merampat pada cara hidup orang muda yang semakin hari semakin lupa akan siapa diri dan identitas mereka.

Manusia sudah kehilangan kepeduliannya terhadap dunia, terhadap sesama, terhadap dirinya sendiri. Peduli dalam Bahasa Inggris disebut Care,.

 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peduli adalah memperhatikan (perhati= mengamati dengan sungguh-sungguh, menilik), mengindahkan, menaruh perhatian.

Pada saat ini Ikatan Pemuda Dayak ajak kita untuk melihat bagaimana kepedulian kita terhadap semua yang terdapat di sekitar kita. Entah itu lingkungan, Budaya, etika, moralitas hidup bahkan yang paling penting adalah bagaimana peduli terhadap sesama.

Cerdas melalui Etika Budaya (Semangat IPDKR)

Berbicara tentang semangat budaya, maka kita diajak untuk kembali menyadari betapa cerdasnya orang yang menghargai siapa diri mereka dan siapa asal usul mereka. Selaras dengan itu, yang terpenting adalah bagaimana memberikan warna terhadap gerakan masyarakat yang nyata.

Seperti membantu korban bencana alam, menolong sesama, merangkul sesama dan saling melindungi sesama dalam satu wadah dan semangat yang satu. Apa itu? Itulah yang disebut dengan spritualitas dari sebuah budaya.

Hal itu tampak dalam semangat Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya yang setiap detik, saat dan setiap waktu untuk selalu waspada terhadap isu-isu Hoax yang merusak pola pikir generasi muda. Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya alias IPDKR merupakan wadah yang netral dan tentunya cerdas dong. 

Sebab  dalam wadah IPDKR sangatlah diajarkan bagaimana sopan santun dasar dari semangat Budaya. Dan yang paling uniknya dari itu adalah semangat yang tidak biasa.

Menolong, tanpa pambrih, belajar semakin rendah hati, dan tetap kritis dengan keadaan dunia yang semakin ‘panas.’

Salam BABABA adalah salam yang mengandung tiga makna sekaligus. Apa itu ? Mari orang muda, kita bergabung dan wartakan keadilan, moralitas melalui wadah IPDKR, dan serukan Salam BABABA.

IPDKR Bukan Sekedar Organisasi


Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya 
Bukan Sekedar Organisasi

Oleh : Samuel

Belakangan ini, kehormatan  orang muda bisa saja tercoreng dengan ‘gila’nya media sosial. Kenapa tidak? Cobalah perhatikan, di Kubu Raya tidak sedikit orang muda yang memiliki darah asli Dayak, tapi ‘kebingungan’ dengan wadah mana yang cocok buat mereka?

Ada yang takut, habis ‘waktu-lah’, tak dapat uang-lah dan banyak sekali ‘silatan lidah’ yang ujung-ujungnya; ya, tetap saja tidak peduli dengan lingkungan bahkan sesama. Miris ya?

Yuk, jawab sebentar ya?

Kawan-kawan, ini yang ku rasakan semenjak masuk dalam wadah IPDKR. Coba perhatikan pola pikir mereka? Coba lihat relasi mereka? Coba lihat visi dan misi mereka? Cobalah, sekali saja dengar perjuangan mereka mendirikan IPDKR?  Atas dasar apalah?

Habiskan waktu buat urusan IPDKR, habiskan waktu buat rapat saja, habiskan waktu pula buat ikut melestarikan budaya dan mungkin masih banyak lagi yang tak terungkapkan disini.
Ya, hanya kalianlah yang tahu.

Hahaha, mungkin bodohlah mereka yang mau berjuang keras mendirikan organisasi ini jika pada akhirnya ‘nol’ hasilnya. Betul?

Eits, tapi jangan salah. Coba lihat lagi, relasi IPDKR sudah dikenal Kalbar loh. Buktinya, saya sendiri yang sering ‘tenteng’ baju IPDKR dengan percaya diri pergi ke Bengkayang, Ngabang, Sambas, Sintang, Sanggau dan masih banyak tempat-tempat yang tak tersebutkan.

Apalah kata mereka?

Kamu IPDKR ya,? Rata-rata begitu yang bertanya kepada ku.

Tentu saya jawab dengan bangga dong, “Ya” jawab ku.

Terus katanya, wah saya juga pemuda (Sanggau, Kapuas Hulu, Sintang, dll) , tanpa direkayasa kami sangat akrab, ditengah perbincangan  yang seru kala itu.

Nah, terbukti bukan bahwa IPDKR bukanlah hanya sekedar organisasi biasa. IPDKR sudah memiliki badan hukum yang jelas dan terstruktur. IPDKR bukan hanya dikenal pada wilayah Kubu Raya saja, tetapi IPDKR nyaris dikenal oleh Kalimantan Barat.  

Pertanyaannya? Jika Anda dari orang muda Kubu Raya sendiri, seandainya ditanya apakah masuk organisasi pemuda Dayak, apa kira-kira jawaban mu yang bisa membanggkan Darah nenek moyang mu ?

Hehehe,,,,  

Ciaaa, yuk ikutan IPDKR wadahnya sangat positif, disana ada wadah mengembangkan talenta, sharing bahkan ada juga wadah rohani, pokoknya lengkap deh.

Untuk pertanyaan atau mau ambil Formulir Pendaftaran kami dapat di Hubungi di WA IPDKR 085828618181, Surel : ikatanpemudadayak.kuburaya@gmail.com dan pastinya bisa melalui anggota IPDKR yg rekan2 kenal.

SALAM BABABA ( Salam Khas IPDKR)

Rangkaian Foto : Sosialisasi IPDKR BElum lama ini















MAKNA DIBALIK LOGO IPDKR



# Warna Hitam melambangkan IPDKR adalah organisasi yg kuat dan besar serta mampu membaur dengan siapa saja tanpa kehilangan integritas dan identitas diri sebagai Pemuda Dayak.

# Warna Merah melambangkan keberanian dan keyakinan organisasi untuk bermitra dengan Masyarakat serta Pemerintah Daerah Kab. Kubu Raya.

# Warna Putih melambangkan sifat organisasi yang mengutamakan kejujuran dan kebersihan hati dalam setiap kegiatannya.

# Warna Kuning melambangkan sifat organisasi yg agung, anti intervensi, independen dan menjauhi hal-hal yg negatif serta terlarang.

# Guliga Enek ( lingkaran kecil ) melambangkan persatuan dan kekompakan seluruh unsur pengurus IPDKR.

# Guliga Aya' ( lingkaran besar ) melambangkan persatuan dan kekompakan seluruh anggota IPDKR.

# Tapayatn ( tempayan ) melambangkan IPDKR sebagai tempat/wadah berkumpulnya pemuda/i dayak di Kab. Kubu Raya.

# Rinyuakng ( Daun Juang ) melambangkan organisasi IPDKR mampu membuat anggotanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan adat istiadat Dayak yg utuh.

# Tangkitn melambangkan totalitas organisasi IPDKR dalam menjaga serta melestarikan Tradisi, Budaya dan Adat Istiadat Dayak.

# Motif Bangkahilatn melambangkan semangat pantang menyerah, siap berada disegala medan dan pantang mundur disegala situasi.

# Calek Kapur ( siluet putih ) di daun juang berjumlah 21 dan 11 melambangkan tanggal berdirinya IPDKR, yakni tanggal 21 November 2014.

Sumber :
1. AD/ART IPDKR
2. BUKU PORTOFOLIO IPDKR

Minggu, 01 April 2018

IPDKR Kampanyekan Gerakan Menanam Pohon

Tunas Hijau siap di tanam Oleh Dewan Pengawas dan DPP IPDKR

KUBU RAYA - Bulan Maret adalah bulan yang menaruh perhatian secara khusus kepada Hutan (20 Maret) dan Air (22 maret) di dunia. Negara-negara maju menyadari perlunya keterlibatan masyarakat dunia secara nyata dalam menjaga keberlangsungan ekosistem, termasuk Negara kita, INDONESIA.

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, total luas hutan saat ini mencapai 124 juta hektar. Tapi sejak 2010 sampai 2015, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi kehilangan luas hutannya yang mencapai 684.000 hektar tiap tahunnya," (Deputi FAO Representative bidang program di Indonesia, Ageng Herianto, Selasa (30/8/2016).

Sementara di kalbar luas hutannya tahun 2013 8,2 juta Ha dan luas lahan gambut 1,6 juta Ha. dan pada tahun 2012 sebanyak 72.386 Ha lahan kritis di rehabilitasi sedangkan pada tahun 2016 luas hutang yang direhabilitasi 2.407. (Laporan Pembangunan Kehutanan Tahun 2008-2016)
 Dara IPDKR turut terlibat

Selain itu Indonesia juga masuk daftar negara dengan penduduk terbanyak yang tidak bisa mengakses air bersih versi Wateraid (2016). Negara kita berada di peringkat ke-6 dari 10 negara. Ada sekitar 32 juta orang di Indonesia hidup tanpa air bersih.Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sampai tahun 2015, baru 70.97% rumah tangga yang memiliki sumber air minum layak.

Di Kalimantan Barat peran PDAM sangat vital namun saat ini belum maksimal dalam pelayanannya terutama di daerah-daerah. Saat ini yang kebiasaan warga menggunakan air hujan yg ditampung.

menyikapi hal tersebut Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya melalui Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menginisiasi sebuah gerakan yakni aksi menanam Pohon. Kegiatan yang bertajuk "Harmonisasi dan Rekonsiliasi Ekologis" ini lebih kepada mengkampanyekan atau membumikan kegiatan sederhana namun sangat bermanfaat bagi kelestarian hutan dan air.

"Keharmonisan antara makhluk (termasuk tanaman) beberapa dekade terakhir sudah menunjukkan tanda-tanda yang tidak sehat bahkan cenderung semakin rusak. Contoh akibat kekuasaan manusia, ciptaan lain dihabiskan bahkan dibumihanguskan. Akibatnya ciptaan lain menunjukkan perlawanan dengan situasi alam yg tidak mau bersahabat, binatang tidak lagi muncul seperti dahulu, dan bisa jadi juga sudah mengalami kepunahan." Kata Clarensius Capricho, S.Pd salah satu dari DPP IPDKR yang hadir.

Semangat GO GREEEN....SALAM BABABA

"Menyikapi fenomena ini, kita perlu mengadakan rekonsiliasi yaitu membangun kembali keharmonisan itu, ingin melakukan perdamaian dengan makhluk ciptaan lainnya. Dengan cara menanam kembali. Harapannya adalah keharmonisan atau keseimbangan itu kembali lagi. Selain itu, tentulah harapan paling utama dan hakiki adalah memelihara keakraban dengan Tuhan dan leluhur kita dan yang paling penting kegiatan ini tidak hanya seremonial saja tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal-hal sederhana hingga hal-hal yang kompleks." Jelas Antonius Rani, Ketua Dewan Pengawas IPDKR yang turut serta dalam gerakan ini.

Sementara Bonifasius Tyo selaku koordinator kegiatan lebih menitikberatkan pada partisifasi generasi muda dalam kegiatan-kegiatan serupa, ia berharap kegiatan ini merupakan langkah awal yang selalu dikembangkan kedepannya.

Gerakan Menanam pohon ini dilaksanakan pada hari Sabtu 24 Maret 2018 di Desa Duriatn Kecamatan Sui. Ambawang adapun tempat yang dipilih adalah Situs Pantak Ne' Oto' dan Situs Timawakng Angus. NS