Jumat, 01 Oktober 2021

48 Pemuda diterima sebagai Anggota IPDKR

48 Pemuda sah diterima sebagai Page IPDKR 

Kubu Raya - Minggu, 19/09/2021 telah dilaksanakan kegiatan Pembekalan dan Pengukuhan Page Baru IPDKR Gelombang 1 khusus untuk DPC IPDKR Sungai Ambawang.

Kegiatan yg dihadiri oleh Calon Page dan Para Page IPDKR baik DPP maupun DPC ini dibuka secara resmi oleh Dewan Pembina DPP IPDKR Bpk. Antonius Rani dalam prosesi pembukaan, Kemudian dilanjutkan dengan Penyampaian Materi oleh Ketua Dewan Pengawas DPP IPDKR Bpk. Dedi Sulerama, S.Pd dan Wasekjend DPP IPDKR Bg Febrianus Kori, S.AP.

Kegiatan ini semula hendak dilaksanakan di Rumah Adat Desa Lingga namun karena ada kendala teknis terkait jaringan listrik maka penyelenggara yg dipimpin oleh Bg Cornelius Deni memindahkan lokasi kegiatan ke Gedung Serba Guna Desa Korek. 

Teofelus Boni, Ketua Umum DPP IPDKR

Dalam amanatnya Ketua Umum IPDKR Bpk. Teofelus Boni menekankan, penting bagi Para Page untuk mengimplementasikan 7 Titi Page yg meliputi unsur : 1. Jubata 2. Orang Tua 3. Adat Aturan 4. Sumangat 5. Basa 6. Ayukng dan 7. Uma yang mana semua itu dijabarkannya dengan bahasa yg sederhana sehingga mudah dipahami.

Dedi Sulerama, S.Pd, Ketua Dewan Pengawas DPP IPDKR

Antonius Rani, Anggota Dewan Pembina DPP IPDKR

Pengukuhan Page Baru IPDKR Gelombang 1 ini seyogyanya diikuti oleh 65 Orang namun 17 Orang diantaranya berhalangan hadir sehingga yg dikukuhkan hanya 48 Orang.

Seperti biasa dalam Prosesi Pengukuhan Page Baru IPDKR ada pengucapan IKRAR PAGE IPDKR yg dibagi dalam 3 Poin utama yakni untuk diri sendiri, untuk sesama dan untuk organisasi. Kali ini Prosesi Ikrar di pandu oleh Ketua DPC IPDKR Sungai Ambawang Bpk. Albertus Riri.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan Pengukuhan oleh Sekjend DPP IPDKR Bpk. Florensius Loren, Amd, dan Penyematan PIN kepada Para Page Baru yg telah dikukuhkan.

Selamat Bergabung bagi Para Page,

Selamat Datang di Rumah Besar Pemuda Dayak Kubu Raya.

Satu Visi Misi dan Satu Semangat : Bakomo' Bapakat & Batulukng...

#SalamBababa

IPDKR Laksanakan Ekspedisi di 7 Situs Budaya Dayak

Tim Ekspedisi di Situs Budaya Pantak Ne' Oto'

Kubu Raya-Pengurus Bidang Kearifan Lokal dan Adat Istiadat DPP IPDKR menggelar sebuah kegiatan bertajuk Ekspedisi di 7 (Tujuh) Situs Budaya Dayak yang ada di Kabupaten Kubu Raya.

Kegiatan Ekspedisi ini bertujuan untuk mengunjungi, membersihkan/merawat, menanam aneka pepohonan, memasang plang nama situs dan pendokumentasian. Seluruh rangkaian kegiatan ini akan dilaksanakan mulai tgl 26 September 2021 hingga 21 November 2021 dan bekerja sama dengan Masyarakat pengelola/penangnggungjawab/juru kunci dari situs2 yg akan dikunjungi tersebut.

Dan pada hari Minggu yg lalu (26/09/2021) telah dilaksanakan kegiatan pembukaan kegiatan Ekspedisi di Situs Budaya Pantak Ne' Oto' di Desa Duriatn. Kegiatan yg diawali dengan nyangahatn ini dihadiri oleh DPP, DPC, BALA dan PAGE IPDKR, juga hadir perwakilan Masyarakat yg selama ini turut mengelola Pantak Ne' Oto'.

Setelah acara seremoni pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan Pembersihan lingkungan, pemungutan / Pembakaran sampah2 plastik, Penanaman Pohon, Pemasangan Plang Nama, dll. Kegiatan kemudian diakhiri dengan Doa dan Santap Siang Bersama.

Semoga Generasi Muda selalu dekat dengan Budaya dan Tradisinya, serta mau peduli, ikut merawat dan menjaganya secara bersama-sama. Amin...

#SalamBababa

Rabu, 27 Februari 2019

IPDKR Peringati Hari Bahasa Ibu Internasional Tahun 2019

Kubu Raya- 21 Februari diperingati sebagai hari Bahasa Ibu Internasional di setiap tahunnya. Ada banyak macam dan ragam masyarakat dalam memperingati Hari Bahasa Ibu ini. Demikian pula halnya dengan IPDKR (Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya).


Bertempat di Gedung Serba Guna Gereja Katolik Sta. Clara Desa Korek (23/02/2019), IPDKR menggelar sebuah Pagelaran Sastra Dayak Kanayatn dengan tema "Nyaga Budaya Make Bahasa". Kegiatan ini merupakan kali katiganya IPDKR laksanakan namun dengan konsep acara yang berbeda, jika tahun-tahun sebelumnya IPDKR mengadakan perlombaan seperti Pidato Berbahasa Dayak Kanayatn, Lomba Stand Up Comedy berbahasa Dayak Kanayatn, dll tahun ini IPDKR hadirkan sebuah Pegelaran Satra Dayak, ada beberapa Narasumber yang dihadirkan baik yang berasal dari Ketimanggongan, Tokoh Masyarakat, Dewan Adat Dayak maupun dari internal IPDKR sendiri.


Dalam sambutannya Victorinus selaku Ketua Panitia menyampaikan keprihatinannya karena ia melihat tidak sedikit generasi muda Dayak yang masih malu atau gengsi menggunakan bahasa Daerahnya apalagi kalau bertemu di Kota. "Biasanya kadek ka' kota sakamponganpun supe' baomongi make bahasa diri', ngianlah situasi diri', kade' leian ma'an bahasa diri' bisa tinggal gesah ana arinya." jelas Victorinus.



Kegiatan yang dilaksanakan bekerja sama dengan SMA Katolik Talino ini mendapat apresiasi yang tinggi dari segenap peserta yang hadir temasuk oleh Kepala Sekolahnya sendiri, Alan. Ia bangga anak didiknya yang dimotori oleh OSIS dapat terlibat secara langsung dalam event ini. "Bahasa adalah salah satu warisan budaya yang sangat berharga, keberadaannya harus di jaga, dikembangkan dan di lestarikan terutama oleh generasi muda itu sendiri. yang dilakukan oleh IPDKR adalah sebuah langkah positif yang harus dilaksanakan. tidak perlu malu berbahasa daerah." Jelas Alan dalam sambutannya.


Seluruh rangkaian kegiatan IPDKR ini menggunakan bahasa Dayak Kanayatn termasuk para tamu  yang memberikan kata sambutan. Tidak semua hal yang berbau tradisional dapat dianggap ketinggalan, kolot atau kuno. Justru sebaliknya perhatian terhadap budaya adalah sebuah langkah maju karena dari sanalah asal karakter dan identitas. Ada keprihatinan yang mendalam karena pengembangan dan pelestarian bahasa daerah masih belum mendapatkan tempat yang semestinya dalam kehidupan berbangsa dewasa ini, keseriusan Pemerintah dalam mengimplentasikan UU No. 24 Tahun 2009 dirasakan belum ada. Banyak penamaan tempat dengan bahasa dan istilah lokal mengalami perubahan baik penulisan maupun pelafalannya. Daerah yang baru dibuka baik Jalan Kampung, Gang, Kompleks, dll tidak pernah memasukan kearifan lokal dalam penamaannya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memang harus diutamakan namun bahasa daerah juga tetap harus dilestarikan. itulah beberapa poin yang disampaikan Teofelus Boni, Ketua Umum IPDKR dalam sambutannya. Menurutnya sudah saatnya Pemerintah serius dalam pelestarian bahasa daerah ini salah satunya dengan memasukannya dalam kurikulum pendidikan bidang muatan lokal. "Ame sampe bahasa asal diri' ngian oas ka' tampat diri' babaro, kasal ati nele' bahasa diri' dipatingalanan karna supe' ngiak ya. UNESCO madah kadek inak jaga satiap 15 menit sote' bahasa asal bisa langit ka' Indonesia ngian, ka' Kalimantan Barat ada sangahe ete' bahasa nang dah ebet pamakenya." Lanjut Boni.

Momentum hari Bahasa Ibu Sedunia ini digunakan IPDKR untuk memperkenalkan berbagai jenis sastra Dayak Kanayatn seperti Singara, Gesah, Osolatn, Sungka'atn, Timang, Golah, Salong dan Bamang. juga ditampilkan berbagai jenis kemampuan Page IPDKR dan Siswa/i SMA dibidang seni ada Tarian, Lagu, Suling, dll.

Dewan Adat Dayak Kabupaten Kubu Raya menyambut baik kegiatan ini dan berharap menjadi pemantik semangat dalam gerakan mengkampanyekan penggunaan bahasa daerah. "DAD Kubu Raya merespon baik serta mendukung kegiatan IPDKR ini, saya optimis budaya kita khususnya bahasa akan tetap lestari karena ada kepedulian-kepedulian seperti ini." Kata Nasution, Sekretaris DAD Kubu Raya.


Selasa, 04 Desember 2018

IPDKR Anugerahi Wakil Bupati Kubu Raya Piagam Penghargaan


Ketua Umum IPDKR menyerahkan Piagam Penghargaan kepada Wakil Bupati Kubu Raya.

Kubu Raya - Di nilai berhasil menjalankan tugas dan tanggung jawabnya Wakil Bupati Kubu Raya, Drs. Hermanus, M.Si diganjar Piagam Penghargaan oleh DPP IPDKR. Piagam tersebut diserahkan pada saat acara Peringatan Hari Ulang Tahun IPDKR yang ke-4, Sabtu 1 Desember 2018 yang lalu.

Hermanus tidak menyangka akan diberi penghargaan seperti itu, dalam pidato singkatnya, Ia menyampaikan terima kasih kepada IPDKR atas penghargaan yang diberikan kepadanya. 

"Saya tidak menyangka akan diberi penghargaan seperti ini, tugas saya sebagai Wakil Bupati Kubu Raya akan berakhir awal tahun depan, kami menyampaikan Terima kasih kepada IPDKR, semoga 
kerja sama dengan pemerintah selalu terjalin dengan baik. saya doakan IPDKR semakin sukses dalam segala aktivitasnya." Ujar Hermanus.

Drs. Hermanus, M.Si., Wakil Bupati Kubu Raya

Teofelus Boni, Ketua Umum IPDKR yang menyerahkan langsung Piagam tersebut mengatakan ini pertama kalinya IPDKR memberikan piagam penghargaan untuk Pejabat Pemerintah. Ia mengatakan diberikannya Penghargaan ini tidak lepas dari sosok keteladanan yang diberikan oleh Hermanus, seorang Putra Dayak pertama yang berhasil menduduki jabatan Wakil Bupati di Kubu Raya.

"Piagam ini diberikan kepada Bpk. Drs. Hermanus, M.Si karena sejauh ini kami menilai Beliau berhasil menjalankan tugasnya sebagai Wakil Bupati Kubu Raya, sebagai pemuda Dayak kami bangga. Keberhasilan Beliau dalam membangun dan memimpin dapat kami rasakan." Ujar Teofelus Boni sambal menyerahkan Piagam Penghargaan yang ditulis dengan tinta emas tersebut.

Sejumlah OKP Hadiri Peringatan HUT IPDKR yang ke-4 Tahun 2018

Victorinus dan Margaretha Atum yang bertindak sebagai MC

Kubu Raya - Aula Kantor Bupati Kubu Raya tampak penuh sesak dengan kumpulan pemuda dengan pakaian hampir senada, gelap dan merah serta ada beberapa Pria dan Wanita yang tampak bersahaja dengan pakaian adat Dayak yang melekat ditubuhnya. mereka adalah Page IPDKR (Page adalah sebutan untuk anggota tetap IPDKR) yang menghadiri kegiatan peringatan 4 tahun lahirnya IPDKR.

Namun ditengah-tengah hiruk pikuk acara tersebut tampak beberapa OKP yang menjadi tamu kehormatan IPDKR membaur dengan para hadirin seperti LASKAR SATUAN KELUARGA MADURA, LASKAR BANGKULE RAJAKNG, GARDA BORNEO, MORENG, BALA ADAT DAYAK, IPD-KM, PAGE WARIS BANYUKE, PEMUDA DAYAK KALIMANTAN BARAT, PEMUDA DAYAK KOTA PONTIANAK, dll.
 FKKM Kota Pontianak

 Dara Dayak Kubu Raya

 Laskar Bangkule Rajakng

Laskar SAKERA

Semarak peringatan hari jadi IPDKR yg ke-4 Tahun ini semakin lengkap dengan penampilan apik Tarian Kreasi Yuli, Erna dan Ansibur, ada Singara yang dibawakan oleh Rere, Lagu2 yang menceritakan indahnya alam Kalimantan yg dinyanyikan Gergia Galuh, Octabiana, Linus dan Hengky. juga ada suguha special dari OMK St. Yohanes Don Bosco dengan Drama Musikalnya yg bertajuk Alam Borneo, tidak ketinggalan juga ada penampilan spektakuler dari Laskar Bangkule Rajakng dengan Tarian Tradisional yg dikombinasikan dengan atraksi kekebalan yang dipimpin oleh Bino terakhir pertunjukan Silat Tradisional Dayak yang ditampilakan oleh Wiliam. Decak kagum dan tepuk tangan terdengar terus didalam ruangan yang berkapasitas 300 orang tersebut.

Kue Ulang Tahun dengan Penjagaan khusus

Drama Musikal Alam Borneo

Dipuncak acara setelah tiup lilin dan pemotongan kue ulang tahun acara dilanjutkan dengan IPDKR Award, sebuah ajang penganugerahan penghargaan bagi Page IPDKR yang telah diseleksi oleh Tim Khusus dan terakhir acara pembagian doorprize.




BATAH III dan HUT IV IPDKR Tahun 2018 Sukses Terlaksana


Kubu Raya – IPDKR kembali menyelenggarakan kegiatan Bahaupm Tahunan. Bahaupm Tahunan IPDKR yang ke-3 kali ini dilaksanakan hampir seharian penuh karena dilanjutkan dengan acara peringatan Hari Ulang Tahun IPDKR yang ke-4. Bertempat di Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Bahaupm Tahunan atau yang biasa di singkat BATAH ini diikuti oleh seluruh unsur anggota IPDKR baik Dewan Pengawas, Pengurus Pusat, Pengurus Cabang dan BALA IPDKR. Adapun agenda BATAH ke-3 IPDKR ini diantaranya adalah Pelantikan Komando Pusat BALA IPDKR, Pelantikan Pengurus Baru DPC IPDKR Kec. Sungai Ambawang, Pengukuhan Page Baru IPDKR dan Launching Kartu EPD IPDKR.

 DPP IPDKR yang memimpin Sidang Bahaupm Tahunan III IPDKR Tahun 2018

Dalam BATAH kali ini Para Pengurus melaporkan realisasi program-program yg telah dilaksanakan sepanjang tahun 2018, sekaligus menetapkan program untuk tahun mendatang yang disepakati melalui Sidang komisi. Adapun materi untuk Komisi A terkait dengan Seni & Budaya, Hukum & Adat Istiadat Dayak dan Organisasi Pendidikan & Pelatihan. Komisi B membahas mengenai Ekonomi & Enterpreneurship, Politik & Pemerintahan dan Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup sedangkan Komisi C membahas mengenai Eksistensi Dara Dayak, Humas Sosial Media & Pariwisata dan Kesehatan & Sosial Kemasyarakatan. Setiap hasil diskusi kemudian disampaikan oleh Ketua Komisi yang bersangkutan kepada seluruh sidang BATAH ke-3 IPDKR ini.
Sore harinya kegiatan IPDKR ini dilanjutkan dengan acara Peringatan HUT IPDKR yang ke-4 yang dibuka langsung oleh Wakil Bupati Kab. Kubu Raya Bpk. Drs. Hermanus, M.Si dengan pemukulan gong sebanyak 7 kali. Dalam sambutannya Hermanus mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh IPDKR selama 4 tahun terakhir, keberadaan IPDKR dinilainya Positif dan layak ditiru oleh generasi muda lainnya.
Wakil Bupati Kubu Raya disambut dengan Tarian Selamat Datang
“Saya melihat selama ini, IPDKR yang memasuki tahun ke empat eksistensinya ditengah masyarakat, dapat bermitra dengan Pemerintah dan membantu Pemerintah Daerah. Juga sekaligus dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial ditengah masyarakat,” ujar Hermanus, Sabtu (1/12/2018).
Hal senada juga disampaikan oleh Maria Goreti, S.Sos.,M.Si anggota DPD RI dari Kalimantan Barat yang pada kesempatan itu juga turut hadir, ia mengakui kekagumannya dengan cara kerja IPDKR dimana informasi terkait organisasi ini mudah diakses di media online. Maria Goreti berpesan agar IPDKR selalu menjadi motor untuk merawat kebhinekaan.
“Pemuda-pemudi bangsa adalah garda terdepan dalam menjaga kedaulatan Bangsa dan Negara. Dengan karya dan inovasi yang produktif,” Ujarnya.
Peserta BATAH & HUT IPDKR Tahun ini

Ketua Umum IPDKR, Teofelus Boni dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada Pemda Kubu Raya dan DAD Kubu Raya yang telah banyak membantu dan menfasilitasi kegiatan-kegiatan IPDKR. Boni juga mengingatkan seluruh anggota IPDKR untuk terus semangat dalam mengembangkan potensi diri, serius dalam menjaga soliditas dan solidaritas.
“4 tahun berkarya, IPDKR harus semakin solid, membangun sinergi untuk mewujudkan kemajuan bersama. Kita harus menghidupi semangat Bakomo’ Bapakat & Batulukng agar semangat kita untuk bekerja & berivonasi membangun kubu raya tidak pernah kendor. Kita juga harus membuka mata, bersatu untuk melawan segala bentuk intoleransi dan radikalisme, yg berpotensi untuk memecah belah persatuan Indonesia. Empat Pilar Kebangsaan adalah Final.” Tegas Boni dalam sambutannya.
Adapun tujuan dilaksanakannya dua kegiatan ini semata-mata untuk meningkatkan kebersamaan antar sesama Pemuda Dayak sehingga IPDKR semakin baik dan kuat, mampu bekerja dan berinovasi sesuai dengan tema kegiatan ini.
“Melalui bahaupm Tahunan dan Peringatan HUT IPDKR kita tingkatkan peran pemuda dayak yang bekerja dan berinovasi untuk mendukung percepatan pembangunan di Kab. Kubu Raya. Itulah tema yang kami angkat tahun ini.” Jelas Febrianus Kori, Ketua Panitia Kegiatan ini.

Minggu, 22 Juli 2018

Sejarah Perjuangan dan Jasa J.C Oevaang Oeray


JC. Oevaang Oeray

Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray juga merupakan salah satu pendiri Partai Persatuan Dayak yang pernah mengikuti Pemilu pertama di Indonesia tahun 1955 dan 1958. Meninggal di Pontianak, 17 Juli1986 pada umur 63 tahun.

Oevaang Oeray adalah Gubernur Kalimantan Barat yang menjabat pada periode 1960-1966 dan merupakan Gubernur Kalbar pertama dari kalangan Suku Dayak. Dia juga menekankan kedaulatan setiap agama yang dijamin oleh kebebasan beragama sebagai salah satu hak yang paling mendasar, dan menolak pula kontrol atas praktik keagamaan oleh negara dalam bentuk apapun.

Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray lahir di Kedamin, Kapuas Hulu pada tanggal 18 Agustus 1922. Ayah dan ibunya bernama Ledjo dan Hurei yang beragama Katolik. Kedua orang tuanya berasal dari suku Dayak yang bekerja sebagai penoreh karet dan petani ladang berpindah.
Ia merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Saudaranya yang lain adalah Ding Oeray, Mering Oeray dan Tepo Oeray. Pertama-tama sekali ia bekerja adalah menjadi seorang guru. Dan kemudian, pada tahun 1941 para guru sekolah Katolik Se-Kalimantan Barat berkumpul di Sanggau mengadakan retret (rekoleksi) tahunan.
Saat retret berlangsung, seorang murid seminari di Nyarumkop, Oevaang Oeray, menulis surat terbuka kepada para peserta rekoleksi. Isinya mengajak para guru memikirkan perbaikan nasib masyarakat Dayak yang terus dalam kondisi memprihatinkan. Di antara pemikiran diajukan, antara lain agar perbaikan nasib orang Dayak dilakukan melalui perjuangan organisasi politik.

Gagasan yang dikemukakan Oevaang Oeray ini mampu memberikan inspirasi para peserta, pada penutupan rekoleksi yang dipimpin AF Korak, JR Gielling Laut, dan M Th Djaman, melahirkan kebulatan tekad membentuk organisasi yang berfungsi memperjuangkan nasib Dayak di forum politik.
Keadaan seusai kemerdekaan Sejarah Kalimantan Barat (1945-1950).

Inilah embrio Partai Persatuan Dayak, didahului pembentukan Dayak In Action (DIA) dengan ketuanya adalah Fransiskus Conradus Palaoensoeka dan pastor Adikarjana.
Kemudian, pusat partai ini dipindahkan ke Pontianak dan diubah namanya menjadi PPD pada 1 November 1945 dan menjadi suatu wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. DIA tak terpisahkan dari pernyataan kebulatan tekad yang tercetus di Sanggau pada 1941. karena itu maka merupakan tonggak sejarah perjuangan dan kebangkitan Dayak.

Sewaktu Sultan Hamid II membuat DIKB (Daerah Istimewa Kalimantan Barat), pejuang Kalbar yang sifatnya unitarianisme menganggap bahwasanya PPD dibuat untuk keuntungan NICA agar dapat menguasai Kalbar lagi. Kebetulan Oevaang Oeray dalam DIKB mendapat bagian dalam Dewan Pemerintahan Harian bersama keempat orang lainnya, yakni A.P. Korak (Dayak), Mohammad Saleh (Melayu), Lim Bak Meng (Tionghoa), dan Nieuwhusjsen. Lewat tokoh semacam Oevaang Oeray, ekspedisi TNI yang dipimpin oleh Zulkifli Lubis masuk ke dalam tokoh Kalimantan Barat lain. J.C. Oevaang Oeray dan tokoh-tokoh lain bertindak sebagai panitian penyambut pendaratan pasukan TNI di Pontianak. A.H. Bohm, seorang tokoh Belanda yang menjadi sekretaris dan sempat menjadi residen Sambas, mengutip sikap politik Oevaang Oeray sebagai tokoh masyarakat dari kalangan Suku Dayak terhadap bentuk NKRI. Bohm mengutip tulisan dari Majalah Suar, terbitan Departemen Penerangan yang terdapat disitu Surat Terbuka yang dikirim kepada semua cabang di Persatuan Dayak.

Berkata Bohm:
"Dalam surat itu, Oevaang Oeray menekankan pentingnya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban yang ia pandang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat. Ia memperingatkan agar waspada terhadap provokator-provokator dan penyebar isu-isu menyesatkan"

Isi surat itu kurang lebih seperti ini:
"Saya berulang kali berkata, bila kalian takut dengan kata-kata bahwa apabila kita merdeka, maka kalian orang-orang Dayak akan dibunuh semua, Pejabat Dayak akan diberhentikan dan kalian serta kita semua orang Dayak akan menjadi budak manakala Tentara Nasional Indonesia dan Republik Indonesia datang ke sini, dan kalian dibunuh, ditangkap, atau diperlakukan semacam itu, maka kabar itu jangan dipercaya. Laporkan hal itu kepada Polisi atau Tentara Nasional Indonesia."

Kemudian pada 22 Juni 1959, Oeray dilantik menjadi Kepala Daerah Swatantra Tk. 1 oleh Sekretaris Jenderal Dalam Negeri dan Otonomi Daerah R.M. Soeparto menggantikan Mendagri. Pada sidang DPRD Tk I Kalbar, Oevang Oeray berhasil terpilih sebagai Gubernur KDH Tk.I Kalbar yang disahkan oleh Keppres No.465/1959, tanggal 24 Desember 1959 untuk periode 1 Januari 1960-12 Juli 1966. Pelantikannya berlangsung pada 30 Januari 1960 oleh Mendagri, pada saat itu Mendagri digantikan oleh Roehadi Wihardja.

Masa pemerintahan Oevaang pernah mengalami kejadian yang tidak terlalu bagus. Sebagai contoh kesuksesan Partai Persatuan Dayak dalam mengikuti pemilu 1955, dengan 146.054 suara dan 1958 mengundang reaksi. Contohnya: Orang-orang Melayu menuduh Oevaang Oeray melakukan praktik pilih kasih dalam pengangkatan pegawai. Ini dikarenakan pada zaman penjajahan, Suku Dayakdianggap rendah dan dikucilkan oleh Kesultanan-Kesultanan Melayu. Sehingga, tindakannya ini dilatarbelakangi dengan niatannya untuk mengangkat derajat Suku Dayak. Hal ini membuatnya dituntut mundur pada awal 1965, dan ia dituntut turun dari jabatan gubernurnya karena hal tersebut dan selain itu, ia dituduh telah menciptakan perpecahan etnis.

Ipik Gandamana menyerahkan secara riil urusan Pemerintahan Umum Pusat kepada daerah pada 1959. Di awal pemerintahannya ini, terjadi upaya menghilangkan dualisme di bidang pemerintahan. Salah satunya dengan penyerahan secara riil urusan Pemerintahan Umum Pusat kepada daerah pada 1959. Penyerahan dilakukan Menteri Dalam Negeri ketika itu, yakni Ipik Gandamana sebagai wakil pemerintah pusat kepada gubernur. Pada saat bersamaan dinyatakan bahwa seluruh kawedanan di Kalbar dihapuskan.

Selain itu, Partai Persatuan Dayak mengalami kemunduran. Yang mana, ini disebabkan oleh kebijakan dari pemerintah pusat untuk mengurangi partai politik daerah dan akibat adanya konflik di tubuh internal partai. Pada tahun 1960-an, PD mengalami perpecahan dan menjadi dua fraksi. Fraksi pertama dikomandoi oleh Gubernur Oevaang Oeray yang didukung oleh Partindo (partai nasionalis sayap kiri). Fraksi kedua dipimpin oleh Palaoensoeka dan didukung mayoritas guru Katolik dan bergabung dengan Partai Katolik.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Pada 1964, Jenderal Supardjo, Panglima Komando Tempur IV Komando Mandala Siaga mengambil kontrol secara keseluruhan Kalimantan Barat sebagai komando angkatan tugas, tapi pada waktu Konfrontasi ini merupakan tahap akhir dan dia menjadi korban pergolakan politik pada Oktober 1965. Kemudian pada September 1965, tibalah surat kawat dari istrinya yang memintanya untuk pulang ke Jakarta. Sesungguhnya, Syam Kamaruzaman-lah yang menyuruh istri Supardjo mengirim surat kepadanya. Akibatnya, dia digantikan oleh A.J.Winoto. Dia ikut berpartisipasi dalam pemusnahan gerilyawan yang berada di sepanjang perbatasan Sarawak. Gubernur yang membantu Winoto saat Revolusi Brunei adalah Oeray. Dan Winoto juga sama-sama anggota Partindo dengan Oevaang Oeray.

Barulah, pada tahun 1965, perpolitikan Dayak di bawah Partindo mengalami kemunduran tahun 1965. Lalu atas inisiatif komando militer setempat, Partindo bergabung dengan IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), partai yang didominasi orang-orang Melayu. Adanya fusi itu membuat orang Melayu terancam, karena orang-orang Dayak mulai menguasai struktur. Lalu tiba-tiba, pada tahun 1968 ada kebijakan bahwa orang-orang eks Partindo di IPKI harus dibubarkan. Tetapi permintaan itu ditolak oleh pengurus IPKI pusat. Sejak saat itu, hubungan antara Dayak dan Melayu menjadi retak.

Difitnah dan turun dari jabatan
Oeray merupakan orang yang dekat dengan Soekarno/Soekarnois. Setelah insiden pembunuhan 6 jenderal di Jakarta, ia dituding sebagai tokoh politik yang terlibat PKI.

Padahal menurut evaluasi Kementerian Luar Negeri, Oevaang Oeray bukanlah simpatisan PKI, melainkan anggota Partindo yang sering dideskribsikan sebagai kelompok sayap kiri. Di masa itu selain anggota PPD yang dihabisi oleh Soekarno, banyak pula PNS Dayak yang diberhentikan dengan tuduhan terlibat PKI. Pada tanggal 12 Juli 1966 Mendagri, Basuki Rachmat memberhentikan dengan hormat Oevaang Oeray selaku Gubernur Kepala Daerah Kalbar dan menunjuk Letkol Soemadi BcHK sebagai gubernur baru. Oeray diberhentikan lebih cepat 2 bulan 10 hari sebelum habis masa jabatannya, karena keputusan pemberhentian dengan hormat dari presiden baru turun 22 September 1966, dengan Nomor 207 Tahun 1966.

Dasar hukum pemberhentian Oevaang Oeray ini adalah keputusan No.UP.12/2/43-912 tanggal 12 Juli 1966 memberhentikan dengan hormat J.C Oevang Oeray selaku Gubernur Kepala Daerah Kalbar dan menunjuk Letkol Soemadi BcHK sebagai gubernur baru. Guna mencari gubernur baru secara definitif, maka DPRD GR Kalbar dalam sidangnya pada tanggal 18 Juli 1966 menetapkan dua orang calon gubernur, masing- masing Kol.CHK Soemadi BCHK serta F.C Palaunsoeka.

Akhirnya Presiden RI mengangkat Kol CHK Soemadi BCHK sebagai Gubernur Kalbar Tingkat I melalui SK Presiden No 88 tanggal 1 Juli 1967. Pemberhentian Gubernur Oevang Oeray berdasarkan SK Presiden RI No 207 tanggal 22 September. Dengan demikian pemberhentian berdasarkan SK Mendagri Basuki Rahmat tersebut didahului SK Presiden. Pelantikan gubernur baru itu dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1967 pada Sidang Istimewa DPRD GR Kalbar dan dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Depdagri, Mayjen TNI Soenandar Prijosudarmo. (Tentang Suku Dayak Kalimantan)