(disadur dari Folk of Dayak)
Hi folks, kali ini kita akan share hasil ekspedisi kita di Kampung Babatakng, Kalimantan Barat pada tanggal 25 September 2016 yang lalu. Kampung Babatakng tidaklah jauh dari Kota Pontianak hanya sekitar 2 jam menggunakan kendaraan motor melalui jalan perkebunan kelapah sawit, jalannya masih belum bagus dan sangat kecil jadi sukar untuk menggunakan kendaraan roda empat.
Team Ekspedisi FOD
Kampung Babatakng ini adalah kampung salah satu admin FOD, kampung ini bukanlah kampung baru, namun termasuk sebuah kampung yang tua. Namun saat ini orang-orang kampung Babatakng ini banyak sudah tidak mengetahui sejarah da nasal usul kampung ini – bahkan situs-situs sejarah dan keramat sudah tidak terawatt bahkan ada yang terbakar – oleh sebab itu team FOD melakukan ekspedisi untuk menggali sedikit tentang sejarah kampung Babatakng dan mendokumentasikan sisa-sisa peninggalan sejarah kampung Babatakng.
Kampung ini adalah salah satu kampung Dayak yang disekitarnya sudah dikelilingi kampung-kampung transmigrasi kebanyakan dari daerah Madura – kondisi perekonomian masyarakat masih mengandalkan karet dan perkebunan terutama cempedak. Namun akibat harga karet yang jatuh saat ini juga membuat kehidupan perekonomian masyarakat mulai terjepit. Mayoritas masyarakatnya menganut agama Kristen – sehingga acara-acara adat sudah hampir tidak pernah dilakukan, bahkan ada sebuah PANYUGU tua yang terbakar ditengah sawah masyarakat. PANYUGU adalah sebuah altar untuk orang-orang Dayak Kanayatn berdoa dan menyampaikan permohonannya biasanya terletat di hutan keramat atau persawahan.
Panyugu yang terbakar
Sesampainya di kampung ini, kami tentunya meminta ijin terlebih dahulu dengan tetua kampung ini dan mendengar kisah-kisah mengenai asal usul kampung ini. Jadi konon dahulnya kampung ini adalah kampung yang dibukan oleh leluruh mereka yang sebagian berasal dari kab. Landak (kanayatn)& sebagian buyut (Iban, seperti lubuk antu dll). Perkawinan antar sub suku inilah yang biasa disebut orang kanayatn dengan istilah Katurunan MAJANG, majang sendiri artinya orang-orang yang berasal dari hulu. Kata Babatakng sendiri bermakna – Batang / Kayu besar sebab pada jaman dahulu di kampung ini terkenal dengan log-log kayu yang besar.
Dikampung ini juga konon banyak ditemukan benda-beda peninggalan purbakala – bahkan ada yang pernah mendapatkan emas dalam sebuah tempayan dan juga ada yang menemukan jangkar kapal besar di sungai Babatakng ini. Dahulu dikampung ini ada beberapa BATU PATAHUNAN yaitu patron pelindung kampung – Konon batu ini ada di 4 penjuru kampung, namun yang diketahui dan sering dilihat warga cuma 1 saja, pada jaman kerusahan dahulu kampung ini pernah hampir diserang oleh kelompok suku tertentu namun anehnya mereka tidak bisa memasuki kampung ini sebab yang mereka lihat kampung ini hanyalah kawasan hutan saja. Bahkan beberapa waktu lalu batu ini pernah hendak dicuri oleh beberapa oknum namun anehnya sekitar 6 orang yang berusaha mengangkat batu ini tidak mampu – kemudian para pencuri ini disidangkan secara adat. Namun sangat disayangkan saat ini kondisi dan lokasi batu ini sudah banyak yang tidak mengetahui bahkan tidak terawat sama sekali. Batu Patahunan dikampung ini ada beberapa ada yang satu mirip kepala babi, ada yang satu mirip sebuah menhir dan ada yang satunya lagi 2 buah yang pada jaman dahulu disitu ada sebuah guci dan kepala hasil kayo/kayau disekitar pepohonan bamboo, pada jaman dahulu orang tidak bisa sembarang melewati batu itu jika tidak maka dia akan mengalami muntah darah atau gila. Saat ini pepohonan bamboo itu sudah terbakar dan ditebang, batu ini sudah raib entah kemana.
Batu yang mirip babi
Memulai kegiatan ekspedisi ini kami pergi ke tempat bekas Panyugu yang terbakar diseberang kampung ini tentu untuk mengatakan hajat niat kami. Sebab tak ada yang bisa melakukan ritual secara adat Kanayatn diantara kami – maka admin hanya menggunakan niatan meminta ijin yaitu kami ingin mengangkat kembali kisah kampung ini dan meminta supaya kami bisa menemukan batu-batu panyugu ini lagi admin hanya mengucapkan “Aku ini orang Batang Kahayan, tidak ada niat hajat apa-apa dari kami ini, kami hanya ingin mengangkat kisah nenek moyang dikampung ini supaya anak cucu kalian bisa melihat dan mengingat dan menghargai kisah-kisah nenek moyangnya – ijinkan kami menemukan kembali peninggalan-peninggalan sejarah disini, dan biarkan yang menemukan itu adalah anak cucu Kanayatn sendiri”. Kemudian kami mengikatkan kain kuning pada tiang panyugu sebagai tanda keramat dan memudahkan untuk mengidentifikasi lokasi tempat sejarah/keramat ini – juga sebagai bentuk niatan tulus kami para team folks of Dayak.
Kemudian kami mencari batu yang pertama yaitu batu yang konon mirip kepala babi, kami kemudian menyalakan setanggi dan mengikatkan bendera kuning – tidak jauh dari situ juga terdapat beberapa gundukan tanah yang kemungkinan besar adalah makam china pada masa lalu. Lalu team FOD segera saja bersama warga kampung mencari Batu Patahunan yang dahulu menolong warga ini dari serangan musuh. Bolak balik kami mencari lokasi ini yang sudah tertutup rumput ilalang yang tinggi tidak kami menemukannya bahkan orang-orang tua dikampung inipun yang sering melihatnya dahulu tidak menemukannya. Disaat kita sudah hampir menyerah karena cuaca yang panas saat itu – tiba tiba seorang kawan team FOD melihat seekor kadal yg melompat ke arah batu itu ditemukan, seolah-olah ia mau menunjukannya, setelah kawan buka rerumputan tersebut terlihatlah batu yg dicari, padahal kami sudah bolak-balik dilokasi itu dan menebas-nebas rumput disitu. Kemudian kami membersihkan sekitaran batu ini, lalu kita ikatkan kain kuning, dan membakar sebuah dupa . Batu inilah yang dahulu hendak diambil orang namun mereka tidak mampu mengangkatnya dan batu ini juga yang dahulu menjaga warga kampung dari serangan musuh.
Menemukan Batu Patahunan
Lalu kemudian kami pergi lagi mencari batu ketiga yang dahulu orang tidak bisa sembarangan melewatinya – saat itu memang cuaca panas kami bolak-balik mencarinya, menebas rumput dan bahkan dibantu warga kampung namun tidak kami menemukannya. Lalu admin berujar “dohop laku andau je dere-derem” – “tolong minta cauaca yang agak mendung” benar saja tidak lama setelah itu cuaca langsung berubah menjadi mendung. Lalu kami menghentikan pencarian kami untuk berteduh dahulu dirumah warga, sambal asik bercerita tentang sejarah dan budaya.
Ketika kami asik bercengkrama dengan warga desa ini sambil menikmati sedikit ciu – arak khas kalbar, admin merasakan sedikit kehadiran para leluhur benar saja dari hasil foto tertangkap sosok orbs ketika kami lagi berdiskusi dengan warga. Dalam diskusi itu kami menyarankan agar situs situs bersejarah ini dirawat walaupun kita sudah tidak menganut kepercayaan lama namun setidaknya dia masih bisa dilihat sebagai bentuk perkembangan peradaban dan jika bisa dibuatkan semacam pagar kecil dan dijaga agar terus bersih dan terawat saja. Selesai itu admin mencoba menghubungi ibu angkat admin yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam alam ghaib – menurut beliau batu itu sudah lama menggaib akibat sudah lama tidak dirawat, dan kami sukar untuk menemukannya lagi kecuali memang dilakukan ritual khusus, namun salah seorang admin juga mendapatkan pesan secara ghaib bahwa mereka meminta dibakarkan 3 buah dupa.
Langit yang tiba-tiba mendung
Lalu kami kembali ke batu kedua yang kami temukan dan membakarkan 3 buah dupa dan meminta agar kalau bisa menemukan kembali batu yang ketiga ini. Batu yang ketiga ini ada dua buah, ini batu yang sifatnya panas yang digunakan jika dalam ritual perang. Dahulu ada tempayan dan kepala hasil kayau disekitar batu ini. Dahulu ada satu orang anak karena mengencingi batu ini kemudian mengalami sakit dan keterbelakangan mental. Kami kemudian mencoba bolak balik lagi mencari batu ini dan warga yang pernah melihat batu ini namun tidak ditemukan – kemudian tiba-tiba seorang anggota FOD menemukan sebuah batu yang kita sudah mencari dilokasi itu dan ternyata ini adalah batu yang baru bahkan warga kampungpun mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat batu ini sebelumnya. Batu ini seperti dua buah batu yang menyatu menjadi satu – kami kemudian meyakini bahwa batu awal yang kami cari telah lama menhilang dan inilah batu yang kemudian diberikan oleh para leluhur. Maka kami kembali membersihkannya dan mengikat kain kuning sebagai tandanya.
Disekitar batu inipun kami menemukan sebuah bamboo dengan inskripsi china, yang ternyata memiliki makna yaitu “JALUR AIR”. Memang dilokasi ini akan banyak ditemukan tembikar, guci, bahkan keris jaman dahulu – tetapi kami tidak datang untuk memburu harta karun tetapi untuk mengangkat kisah budaya jaman dahulu. Warga kampung Babatakng pun senang dengan ekspedisi ini dan mereka akan berupaya membuat pagar disekeliling batu ini agar tetap dalam keadaan terawat.
Inskripsi China
Anehnya dikampung ini kita akan banyak menemukan sisa kerang-kerang laut dan tembikar-tembikar china, bahkan pernah ditemukan jangkar kapal besar china padahal sungai disini sangat kecil jadi hampir tidak memungkinkan jika sebuah kapal besar bisa masuk dan kok bisa banyak fossil kerang – jangan-jangan dahulunya kampung ini adalah memang sebuah lautan namun ada suatu massa atau kisah yang hilang dimana kemudian ini menjadi sebuah daratan. Perlu lebih banyak penelitian dan ekspedisi lagi – sebab dengan jalan seperti inilah kita bisa menghargai adat dan budaya kita sendiri.
Note: Tulisan ini adalah hasil ekspedisi dan wawancara yang menjadi bahan diskusi dan community project komunitas FOD, jika ada fihak yang merasa keberatan atau tersinggung dengan tulisan ini mohon maaf
10/28/2016
Prosesi mengutarakan niat hajat di Panyugu
Prosesi mengutarakan niat hajat di Panyugu
Kemungkinan kuburan China jaman dahulu
Perjalanan ekspedisi team FOD
Warga kampung yang ikut mencari lokasi batu patahunan
Warga kampung yang ikut mencari lokasi batu patahunan
Warga kampung yang ikut mencari lokasi batu patahunan
Menemukan Batu Patahunan
Menemukan batu patahunan yang konon pernah hendak dicuri
Menemukan batu patahunan yang konon pernah hendak dicuri
Menemukan batu patahunan yang konon pernah hendak dicuri
Menemukan batu patahunan yang konon pernah hendak dicuri
Menemukan batu patahunan yang konon pernah hendak dicuri
Menemukan batu patahunan yang konon pernah hendak dicuri
Beberapa pecahan tembikar yang kita temukan disekitaran lokasi
sungai babatakng
Lokasi pepohonana Bambu yang terbakar tempat salah satu batu patahunan
Warga yang baru saja menemukan sebuah keramik ketika berladang
Bercengkrama dengan warga desa
Bercengkrama dengan warga desa – disini terdapat penampakan orbs
Upaya mencari batu yang ketiga – namun tidak membuahkan hasil
Upaya mencari batu yang ketiga – namun tidak membuahkan hasil
Kerang-kerang yang ditemukan disekitar tanah keramat ini
Kerang-kerang yang ditemukan disekitar tanah keramat ini
Keramik yang ditemukan disekitar kampung
Admin calon arkeolog
Kembali ke batu patahunan kedua dan menyalakan 3 buah setanggi untuk meminta bisa menumukan batu yang ketiga
Kembali ke batu patahunan kedua dan menyalakan 3 buah setanggi untuk meminta bisa menumukan batu yang ketiga – berfoto bersama warga
Anggota FOD menemukan batu yang baru disekitar lokasi batu patahunan yang hilang
Anggota FOD menemukan batu yang baru disekitar lokasi batu patahunan yang hilang
Anggota FOD menemukan batu yang baru disekitar lokasi batu patahunan yang hilang
Anggota FOD menemukan batu yang baru disekitar lokasi batu patahunan yang hilang
Tulisan inskripsi china di bambu
Warga yang berkumpul pada sore hari menyambut gembira hasil ekspedisi team FOD
Warga yang berkumpul pada sore hari menyambut gembira hasil ekspedisi team FOD
Warga yang berkumpul pada sore hari menyambut gembira hasil ekspedisi team FOD
Warga yang berkumpul pada sore hari menyambut gembira hasil ekspedisi team FOD